Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Apakah Proyek Pelebaran Trotoar ala Anies Mampu Melawan Realitas dan Fakta?

5 September 2019   19:49 Diperbarui: 8 September 2019   07:52 3137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga berjalan di trotoar Jalan Jatibaru Raya, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (23/11/2016). Lahan tersebut merupakan taman yang menjadi bagian dari proyek pelebaran trotoar di kawasan Tanah Abang, tepatnya di Jalan Jatibaru Raya.(GARRY ANDREW LOTULUNG)

Pro dan kontra proyek pelebaran trotoar di Jakarta masih (terus) berlanjut hingga hari ini. Sejak Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengedepankan gagasan penggunaan kaki sebagai alat transportasi, kisah kontroversinya pun terus menarik untuk diikuti.

Seperti yang dituliskan oleh banyak media, Gubernur DKI Jakarta itu memang sedang berupaya mendorong masyarakat untuk hidup sehat dengan cara berjalan kaki. 

Untuk itu, Anies mengaku akan terus memperlebar trotoar Jakarta hingga 2020. Maka, sebagai dampak dari gagasannya itu, ruang jalan ibu kota pun kini menjadi sempit. Yang awalnya 3 lajur kini banyak yang tinggal 2 lajur saja.

Tetapi, Anies tampak seperti tidak memedulikan ruang jalan yang menyempit itu. Ia beralasan, bahwa konsep trotoar yang diusungnya itu merujuk kepada pikiran (pandangan) bahwa kaki adalah alat transportasi yang (faktanya) kian jarang digunakan masyarakat karena kemudahan transportasi yang tersedia saat ini.

"Apa alat transportasi yang hampir semua orang punya?" tanya Anies.

"Kaki. Kaki adalah alat transportasi yang InsyaAllah kita semua punya," katanya.

"Tapi kita seringkali kalau mikir transportasi, tidak memikirkan kaki. Segalanya langsung naik motor, naik mobil," sambung Anies.

Menurut Anies, perubahan wajah baru kota Jakarta itu tidak seharusnya dilihat hanya kepada perubahan fisik saja. Perubahan cara masyarakat memandang (sesuatu) juga disebutnya sebagai perubahan. 

Maka, begitu masyarakat mulai merubah cara pandang dan melihat kaki sebagai alat transportasi, selanjutnya, adalah menjadi tugas pemerintah untuk menyiapkan sarananya.

Untuk mewujudkan visinya itu, sekaligus harapannya, Anies pun mengambil langkah-langkah yang tidak setengah-setengah. Katanya, sebanyak tiga puluh satu (31) titik atau ruas trotaor di Jakarta akan segera dibenahi, termasuk beberapa titik trotoar di jalan Prof. DR. Satrio-Mega Kuningan.

"Padahal trotoar yang lama sudah cukup lebar mas. Pejalan kaki juga hanya beberapa orang," kata beberapa orang yang saya temui dan saya mintai tanggapannya tentang proyek pelebaran trotoar di jalan Prof. DR. Satrio.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun