Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

ASN dan Kisah Oemar Bakri

7 Februari 2019   20:13 Diperbarui: 7 Februari 2019   21:00 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Ilustrasi ASN (sumber: tribun)

Meskipun beberapa penelitian telah memperlihatkan bahwa agar kinerja organisasi dan pegawai dapat dievaluasi secara lebih obyektif dan terukur, sehingga dapat mengurangi unsur subyektivitas dan setiap anggota organisasi juga menjadi lebih memahami mengenai hasil kerja kunci yang diharapkan, maka wajah birokrasi memang seyogyanya harus dirombak dan KPI juga harus diterapkan.

Tetapi, siapa sangka, upaya menerapkan penilaian kinerja (performance appraisal) pegawai negeri sipil itu ternyata tak serta merta dibarengi hasil yang setimpal.  

***

Membaca dan menemukan fakta hasil survei seperti yang disampaikan Direktur Eksekutif Charta Politica Yunarto Wijaya diatas...... entah mengapa saya tiba-tiba teringat dengan sosok Pegawai Negeri yang demikian bersahajanya, yang digambarkan sabgat pas oleh Iwan Fals dalam lagunya berjudul "Oemar Bakri".

Lirik lagu sederhana ini mempunyai makna sangat dalam karena menggambarkan apa yang terjadi dengan beberapa guru di Indonesia.

Oemar Bakri adalah sosok pahlawan yang demikian sederhana. Ia tidak mengenal apa yang dinamakan fasilitas, barang mewahan, dan (mungkin) tak tahu menahu apa itu birokrasi. Oleh Iwan Fals, sosok Oemar Bakri yang demikian sederhana itu digambarkannya melalui apa yang dikenakan setiap Oemar Bakri hendak pergi membaktikan hidupnya. Setiap berangkat mengajar, pak Oemar Bakri selalu menaiki sepeda kumbang dengan membawa tas kulit berwarna hitam.

Oemar Bakri adalah contoh sosok pegawai negeri yang sangat setia yang loyalitasnya tanpa batas. Jasa dan baktinya tak terhitung untuk Ibu Pertiwi karena ia sudah mendedikasikan hidupnya selama 40 tahun menjadi guru.

Di sejumlah daerah yang terpencil di Nusantara ini, saya meyakini pasti masih ada Oemar Bakri-Oemar Bakri yang sesungguhnya. Saya pernah menjumpai kisah yang demikian ketika saya bekerja di Kalimantan.

Selamat pagi pak Oemar Bakri!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun