Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Perjalanan Mencari Tuhan

23 Juli 2018   10:59 Diperbarui: 23 Juli 2018   11:04 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: routard.com

Sepucuk surat elektronik mampir di inbox saya, kemarin. Dari kang Parjo. Teman saya.

"Saya mulai menjadi seorang peragu," tulis kang Parjo dalam suratnya.

Kang Parjo adalah pemeluk agama Islam yang sangat taat, saat pertama kali saya mengenalnya. Itu saya ingat sekali.

Ia menuliskan kisahnya. Dari banyak buku, referensi dan kisah, akhirnya ia mendapati pertanyaan sekaligus fakta; mengapa orang Islam di Indonesia begitu takut dengan "kristenisasi"? Sebaliknya, di Eropa, orang-orang takut "islam".

Pertanyaan dan fakta ini akhirnya menyeret kakinya masuk ke perpustakaan. Ia lalu belajar tentang Kristen.

Ajaran alkitab, akunya, ternyata baik dan nyaman bagi dirinya. Melegakan batin.

Kisah pencarian Tuhan milik kang Parjo ternyata belum usai. Banyak pertanyaan singgah di kepalanya. Ia menemui pedanda dan mendengarkan banyak hal tentang sang Budha, suatu hari. Ia lalu menjadi bimbang.

Pencariannya pada Tuhan akhirnya berujung pada pertanyaan "Mengapa ada banyak Tuhan? Jika semuanya adalah Tuhan yang sama, mengapa ada banyak ajaran?"

Mengapa pemeluk agama X selalu mengatakan X-lah agama paling baik. Sebaliknya, pemeluk agama Y juga mengatakan hal sama; agama Y-lah yang paling benar.

Jika Tuhan benar maha penyayang, mengapa Tuhan membiarkan mahluqNya beragama berbeda-beda? Mengapa Tuhan tidak menjadikan semua mahluqNya beragama sama?

"Saya menjadi seorang peragu," ia ulangi lagi kalimat ini di sepertiga suratnya.

Ketika berbicara tentang Iman, ia merasa hampir tak ada jawaban yang memuaskan dahaga keingintahuannya. Pemeluk agama manapun menjawab dengan jawaban sama; kami tidak butuh pembuktian, namanya saja 'iman'.

Saya melihat banyak orang melakukan kebaikan karena berharap akan surgaNya, bukan karena pertimbangan akal budi bahwa saya memang harus melakukan perbuatan baik. Jadi, kalau tidak ada surga, berarti orang boleh berbuat jahat?

"Saya sudah empat kali pindah agama, mas," katanya.

Saya merenung. Ternyata, kisah milik Eric Weiner dalam mencari Tuhan dan pengalamannya berkeliling sehingga ia tahu ternyata ada banyak ragam iman manusia, seperti yang dikisahkan dalam bukunya "The Geography Of Faith" juga terjadi pada teman saya sendiri.

Pagi ini, ditemani kopi setengah manis, otak di kepalaku sedang berfikir mencari jawaban yang pas untuk pertanyaan terakhirnya "Kemana saya harus mencari Tuhan, mas?".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun