Ketika berbicara tentang Iman, ia merasa hampir tak ada jawaban yang memuaskan dahaga keingintahuannya. Pemeluk agama manapun menjawab dengan jawaban sama; kami tidak butuh pembuktian, namanya saja 'iman'.
Saya melihat banyak orang melakukan kebaikan karena berharap akan surgaNya, bukan karena pertimbangan akal budi bahwa saya memang harus melakukan perbuatan baik. Jadi, kalau tidak ada surga, berarti orang boleh berbuat jahat?
"Saya sudah empat kali pindah agama, mas," katanya.
Saya merenung. Ternyata, kisah milik Eric Weiner dalam mencari Tuhan dan pengalamannya berkeliling sehingga ia tahu ternyata ada banyak ragam iman manusia, seperti yang dikisahkan dalam bukunya "The Geography Of Faith" juga terjadi pada teman saya sendiri.
Pagi ini, ditemani kopi setengah manis, otak di kepalaku sedang berfikir mencari jawaban yang pas untuk pertanyaan terakhirnya "Kemana saya harus mencari Tuhan, mas?".