Kita mengambil banyak hikmah dari peristiwa 2016 -- 2017 silam. Maka, salah satu cara agar menguatnya isu SARA di pilkada Jakarta tak kembali terulang adalah memilih calon wakil presiden (cawapres) dari tokoh Islam. Kita faham, bahwa sentimen agama akan terus dimainkan lawan-lawan Jokowi. Isu ini juga menunjukkan tren yang meningkat sejak 2016.Â
Bagi saya, isu agama adalah isu paling seksi yang bisa dipakai lawan untuk menjatuhkan Jokowi. Iklim politik Indonesia belum memungkinkan untuk memilih tokoh dari non-Islam. Itu akan menjadi sasaran empuk bagi lawan.
Jadi, menurut saya, apakah Militer atau bukan dan Ekonom (profesional) atau bukan, yang jelas sosok pendamping harus Islam. Dan, juga, harus nasionalis. Jiwa dan semangat "merah-putih" menjadi sangat penting dan tidak dapat ditawar-tawar.
Satu hal lagi, jika boleh, saya ingin sedikit menambahi. Jokowi selalu terpikat dengan sosok pekerja dan "tidak berisik". Semua tahu, Jokowi hampir tidak suka sosok yang selalu ingin tampil di  depan kamera daripada sibuk bekerja.
Banyak orang yang saya sangka adalah pekerja profesional dan gila bekerja, eh ternyata doyan tampil dan ngomong di sana sini. Model pembantu seperti itu bakal ditendang Jokowi.