Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Di Mezquita de Macau, Dilarang Sholat di Dalam Masjid

5 Februari 2017   13:37 Diperbarui: 5 Februari 2017   13:52 1756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sayup-sayup suara azan maghrib berkumandang dari dalam Mezquita de Macau.  Sinar mentari mulai meredup dan suasana di cemetario  alias kuburan kian sunyi.  Hanya pusara dan nissan dalam berbagai ukuran , bentuk, dan model masih setia diam seribu bahasa.   Perempuan-perempuan yang tadinya menggelar tikar dalam acara nongkrong di kuburan mulai membubarkan diri. Mereka mulai berwudhu dan kemudian masuk ke ruangan tambahan di bagian belakang masjid yang khusus buat kaum wanita.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Lelaki-lelaki bertampang Pakistan dan India yang tadinya berkumpul d halaman masjid juga mulai bubar. Mereka menuju ke tempat wudhu sederhana yang ada di di halaman.  Saya berjalan sedikit memutar kembali ke arah kantor Associacao Islamica de Macau untuk mencari toilet.   Setibanya di tempat wudhu,   ada beberapa pasang  sendal  jepi yang siap menemani kita wudhu.  Saya sedikit terlambat karena iqamah baru saja mulai.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Shalat maghrib berjemaah dilaksanakan ternyata tidak di dalam masjid. Posisi imam tepat di depan pintu geser berwarna hijau yang merupakan pintu utama menuju ruangan dalam masjid. Hanya ada dua saf jamaah yang semuanya bertampang Pakistan . Sebagian besar berkostum salwar ghamis dengan kumis dan brewok yang lebat.  Termasuk sang imam yang membacakan ayat-ayat pendek juz ammah dengan suaranya yang merdu.

Selesai sholat, dzikir berjamaah pun dimulai. Lumayan panjang , sementara di dalam hati saya masih bertanya-tanya mengapa sholat berjemaahnya tidak di dalam masjid. Melainkan di beranda yang hanya dua shaf saja beralaskan sajadah berwarna coklat. Saf di belakagnya cukup beralaskan keramik berwarna coklat tua. Sementara di dalam masjid terhampar deretan karet dan sajadah berwarna hijau yang terlihat empuk.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Selesai sholat saya kemudian kembali ke kantor Associacao Islamica de Macau.  Di pintunya yang berwarna hijau dan selalu tertutup tertulis nama kantor plus alamat emailnya. Sementara di sisi dinding sebelah kanan terdapat sebuah kotak bertuliskan “Donation Box”.  Melalui lubangnya yang kecil lembaran Dollar Hongkong, Pataca Macau dan mungkin juga mata uang lainnya disumbangkan jemaah dan pengunjung.

Tepat di atas kotak sumbangan ini terdapat dafar nama dewan pengurus Islamic Association of Macau yang diketuai oleh Ahmed Bin Khan sebagai Presiden dan Fazal Dad sebagai wakilnya.  Hampir semua nama pengurus kelihatannya keturunan Pakistan dan hanya ada satu nama lokal Macau yatu Madam Rozi Ma Iok Leng.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Masih di sisi lain di dinding kantor, ada sebuah pengumuman tulisan tangan dengan huruf Hijaiyah “Ramadhan Mubarak” di atasnya. “Lunch boxes  available for iftar are limited. Please be considerate . Take it one at a time and don’t carry away unused extra lunch boxes out of the mosque. Macau Mosque . Imam of Mosque”, demikian isi pengumumannya. Mungkin tentang makanan untuk berbuka puasa beberapa bulan yang lalu?

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Saya kembali ke masjid, dan kemudian melihat-lihat ruang utamanya yang lumayan cantik.  Mihrabnya sederhana tanpa hiasan hanya berbentuk lengungan bertutupkan keramik biru muda mirip yang sering digunakan di kamar mandi.  Di sebelahnya ada sebuah mimbar kecil dari kayu berplitur coklat tua. Ada  beberapa buah anak tangga dan juga sebuah tongkt bersender dengan anggunnya.  Anehnya sekarang ada seorang lelaki tua yang sedang sholat sendirian.

Di atas mihrab ada sebuah jam kecil dan di kedua pojok ada lemari yang berisi kitab suci dan buku-buku agama.  Sangat sederhana dengan hamparan sajadah hijau  yang hanya terdiri dari lima saf sampai ke pintu geser utama berwarana hijau yang selalu terbuka tempat imam sholat magrhib tadi berada.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Saya juga sempat memperhatikan beranda belakang masjid yang kemudian disambung dengan tenda permanen yang menjadi tempat sholat kaum perempuan.  Hanya beratapkan terpal dan juga ditutupi kain terpal  berwarna hijau.  Beberapa kipas angin ada di sudut untuk memberikan hembusan angin yang lumayan sejuk. Maklum cuaca kota Makau d akhir Desember yang biasanya cukup dingin kini masih terasa sedikit hangat.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Sementara kami berjalan perlahan meninggalkan masjid, terlihat kawanan pria Pakistan yang sedang santai di kursi dan meja batu di halaman masjid. Sebagian sedang asyik dengan gadjetnya, sementara di atas meja masih terlihat beberapa teko dan gelas . Rupanya mereka sedang menikmati chai alias teh susu  khas Pakistan yang hangat dan nikmat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun