Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Dari Yokohama ke Enoshima: Obrolan Setengah Hari dengan Prof. Sarlito

28 Agustus 2016   10:51 Diperbarui: 28 Agustus 2016   12:16 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ditunggu di platform 9 JR Station Yokohama “, pesan di gadget muncul memberikan informasi titik awal pertemuan bagi jalan-jalan bersama di Kamakura dan sekitarnya yang termasuk kawasan “Kanagawa Prefecture”. Ketika pesan ini diterima, kereta api Fuktoshin Line yang membawa saya dari Ikebukuro telah menjelma menjadi Tokyu-Toyoko Line di Shibuya baru saja merapat di Yokohama.

Ditemani dengan cucunya yang masih remaja, Prof Sarlito Wirawan memperkenalkan diri dengan menyebut namanya sambil menjabat tangan dengan hangat. Memakai baju biru muda lengan panjang, celana abu-abu, serta menyandang tas kecil yang diselempangkan di pinggang, guru besar psikologi ini terkesan santai dan ramah. 

Percakapan pembuka terjadi di kereta yang membawa kami ke Kamakura. Namun baru lebih lengkap ketika sempat beristirahat sebentar di sebuah warung kecil di dekat stasiun Hasse. Prof Sarlito berada di Yokohama dalam rangka menghadiri “31st International Congress of Psychology”. Disini pria yang dilahirkan di Purwokerto pada 1944 in berkisah sekilas mengenai jalan hidup, keluarga dan pendidikannya. 

img-4823-57c25ed96623bd442b67b52f.jpg
img-4823-57c25ed96623bd442b67b52f.jpg
Bincang-bincang lebih santai dilanjutkan ketika beranjangsana ke kuil Kotoku-in sambil mengagumi keindahan dan kemegahan Daibutsu yang dikenal juga sebagai “The Great Buddha of Kamakura”. Sambi duduk di batu besar dari andesit yang dulunya merupakan pondasi aula yang menaungi sang Buddha ini kita bercerita tentang kemajuan banga Jepang sesuai tinjauan psikologis. “Bangsa Jepang belajar banyak dari kekalahan di Perang Dunia dan kemudian lebih fokus pada pembangunan ekonomi”, tukas sang profesor.

Ketika ditanya apakah secara rutin menghadiri ICP, sudah berapa kali dan dimulai pada tahun berapa jawabnya cukup diplomatis. “Saya tiap tahun minimal sekali hadir di kongres internasional tetapi tidak selalu ICP . Pokoknya di organisasi yang saya pilih dan makalah saya diterima”.  

img-5693-57c25f24d893734e0834f525.png
img-5693-57c25f24d893734e0834f525.png
Dari Hasse perjalanan kemudian dilanjutkan dengan Enoden Railway menyusuri pantai dan kemudian sampai di Stasiun Enoshima. Dari stasiun, kami berjalan santai menuju ke kawasan wisata Enoshima Island. Hujan rintik-rintik sempat membuat perjalanan sedikit terhambat untuk sejenak berteduh di sebuah mini market.

img-5695-57c25f4aab9273c22b730b39.png
img-5695-57c25f4aab9273c22b730b39.png
Enoshima Island 680 m”, demikian tertulis pada papan petunjuk di dekat jembatan yang menuju ke pulau wisata Enoshima. Sementara di tengah jembatan yang hanya untuk pejalan kaki, ada sebuah patung unik yang melambangkan kombinasi manusia dan hewan.

img-5721-57c25f5490fdfd5e5f709194.png
img-5721-57c25f5490fdfd5e5f709194.png
Kembali ke keluarga, Prof Sarlito menceritakan bahwa beliau dikarunia tiga orang anak dan beberapa cucu. Cucu yang diajak ke Yokohama adalah cucu pertama yang sejak kecil memenag paling lengket dengannya.  “Kebetulan ulang tahun kami sama yaitu 2 Februari”, jawabnya lagi.

Dalam perjalanan kembali ke Kamakura, obrolan dilanjutkan tentang negara-negara yang pernah dikunjungi dan paling berkesan dalam kehidupan Prof Sarlito.  “Belanda, karena saya pernah sekolah dan jadi Prof tamu, dan dua anak saya juga pernah sekolah disana. Kedua Inggris, juga karena saya pernah sekolah disana” itulah dua negara yang banyak berkesan dalam kehidupan beliau yang pernah menempuh pendiidikan di Universitas Leiden serta menjadi Prof tamu di Universitas Nijmegen Belanda. Di Inggris Raya  beliau pernah menuntut  ilmu di Universitas Edinburgh di Skoltandia.

Obrolan sambil jalan-jalan selama setengah hari pun berakhir di stasun Sakuragicho, di pusat kota Yokohama.   Sambil mengucapkan selamat jalan dan bertugas kamipun berpisah dan menapak jalan kembara masing-masing.  Terimakasih om Prof.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun