Semilir angin laut membawa aroma asin samudra, mengingatkan semua orang bahwa jamuan malam ini digelar di salah satu lanskap paling ikonik di Bali.
Tak lama, suara gamelan Bali bercampur dengan nyanyian dan teriakan rombongan penari laki-laki. Mereka mengenakan kostum khas: kaos putih, kain kotak-kotak hitam putih, celana belang merah putih, serta properti kuda kepang berhias kepala barong. Gerakan mereka dinamis dan lincah, menyambut hangat rombongan senja itu. Sontak, para tamu mengabadikan momen penuh semangat tersebut.
Kami lalu diarahkan ke lapangan rumput terbuka, lengkap dengan puluhan meja bundar bertaplak putih, kursi berhias pita kuning, serta kelapa muda segar di tiap meja. Tamu-tamu mulai berdatangan, sebagian berbincang santai, lainnya sibuk berfoto atau menikmati suasana.
Di kejauhan, tenda panjang putih dengan tirai menjuntai menambah kesan resmi, namun tetap terbuka pada alam. Balon-balon lampion warna-warni siap menerangi malam begitu matahari tenggelam. Langit biru cerah dan pepohonan rindang melengkapi atmosfer segar nan elegan.
Seorang MC cantik menyambut dengan sapaan mesra, seakan menjanjikan malam penuh kehangatan di tepi pantai.
Menu buffet yang disajikan sungguh menggoda. Ada garden salad, sup tomat, ayam panggang, ikan fillet dengan lemon butter, hingga sate yang dimasak langsung di live cooking station. Penutupnya tak kalah istimewa: Balinese Klepon Cake dan es krim segar. Untuk minuman, tersedia pilihan mulai dari local wine, Bintang beer, hingga kopi Bali yang harum.
Puncak hiburan malam itu adalah pertunjukan seni tradisional Bali yang dimodifikasi modern. Rombongan pria berkain poleng duduk melingkar di panggung sambil meneriakkan "cak cak cak" tanpa henti, mempersembahkan drama Ramayana yang legendaris. Tepukan ritmis mereka berpadu dengan langit yang kian gelap, menciptakan suasana magis. Uniknya, sesekali penari juga menyelipkan dialog dalam bahasa Inggris yang menghibur penonton.
Sambil menikmati makan malam, para tamu dihibur dengan lagu-lagu nostalgia yang merdu.