Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kebijakan Fiskal di Indonesia

24 September 2025   21:07 Diperbarui: 24 September 2025   21:07 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kita melihat struktur APBN, ada dua pos besar yang sering jadi perdebatan: infrastruktur dan subsidi.
*Infrastruktur: Pemerintah sejak era Presiden Jokowi fokus besar pada pembangunan jalan tol, pelabuhan, bandara, dan kereta api. Argumennya, infrastruktur akan meningkatkan daya saing ekonomi dan memperlancar distribusi.
*Subsidi: BBM, listrik, pupuk. Subsidi ini sangat dirasakan masyarakat, tetapi dianggap membebani APBN.

Mahasiswa sering dihadapkan pada dilema ini. Apakah lebih baik subsidi tetap besar demi menjaga daya beli rakyat, ataukah subsidi dikurangi untuk membiayai infrastruktur jangka panjang? Tidak ada jawaban tunggal, karena pilihan ini sarat muatan politik.

Kritik terhadap Belanja Birokrasi

Selain infrastruktur dan subsidi, ada juga kritik terhadap belanja birokrasi. Gaji pegawai negeri, tunjangan, perjalanan dinas, hingga belanja barang rutin sering dianggap terlalu besar.

Ada yang menyindir, APBN kita kadang lebih mirip "Anggaran Pendapatan dan Belanja Pegawai Negeri" daripada anggaran pembangunan.

Bagi mahasiswa, kritik ini penting untuk melihat bahwa kebijakan fiskal bukan hanya soal angka, tapi juga soal prioritas politik. Apakah anggaran lebih banyak untuk rakyat, atau untuk menjaga kenyamanan birokrasi?

Studi Kasus: APBN Sebagai Alat Politik

Tidak bisa dipungkiri, APBN juga alat politik. Menjelang pemilu, belanja sosial biasanya meningkat. Subsidi dinaikkan, bantuan tunai digelontorkan, proyek infrastruktur dikebut.

Secara teori, ini disebut political budget cycle: anggaran digunakan untuk membeli simpati rakyat. Bagi mahasiswa, penting untuk bersikap kritis: apakah kebijakan fiskal benar-benar demi rakyat, atau demi kepentingan politik jangka pendek?

Refleksi Mahasiswa

Memahami praktik kebijakan fiskal di Indonesia mengajarkan beberapa hal:
1.Sejarah menentukan arah Dari inflasi gila-gilaan Orde Lama, disiplin Orde Baru, hingga keterbukaan Reformasi, semua membentuk pola fiskal kita.
2.Fiskal bukan netral Setiap angka dalam APBN adalah keputusan politik.
3.Krisis selalu menguji 1998, 2008, dan pandemi 2020 membuktikan bahwa fiskal harus fleksibel tetapi disiplin.
4.Rakyat selalu di tengah Apapun kebijakan fiskal, ujungnya rakyat kecil yang merasakan dampak langsung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun