Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menyusuri Sumbu Filosofi Bersama Jogja Heritage Track

20 September 2025   09:34 Diperbarui: 20 September 2025   09:52 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filosofi Kehidupan


Dalam perjalan pulang di bus, mas Wibi bercerita tentang pohon-pohon yang ditanam di kedua sisi jalan. Di sebelah kiri jalan pohon tanjung, memiliki makna  "disanjung", lambang masa muda yang penuh pujian. Di sebelah kanan jalan, pohon  asem yang memiliki makna "kesengsem", lambang masa jatuh cinta.

Lalu masih banyak lagi cerita tentang berbagai jenis pohon yang ditanam  di sekitar sumbu filosofis ini, antara lain Pohon sinom yang merupakan  lambang remaja, pubertas, segar tapi labil.

Juga ada pohon Mangga kweni, melambangkan  fase berani mencari jati diri, pohon Mangga pakel melambangkan  fase keberanian mengambil keputusan. Dan pohon Jambu bol serta jambu dersono,  lambang  fase mengandung, yang ada di kamandungan sekitar Alun-alun Kidul.

Sementara di kawasan dekat  Sasana Hinggil Dwi Abad di alun-alun Kidul juga ada  bunga asoka (simbol perempuan) dan cempora (simbol laki-laki). Alun-alun selatan digunakan prajurit berlatih, pagar besinya berbentuk roda dengan anak panah, lambang kesiapan perang. Semua ini adalah siklus hidup: lahir, muda, jatuh cinta, berani, menikah, berkeluarga, mengandung, hingga kembali pada asal, yaitu kematian.

Bus Malioboro: dokpri 
Bus Malioboro: dokpri 

.
Perjalanan Pulang dan Renungan "Didadar"


Bus terus bergerak kembali ke utara . Di dalam, suasana lebih tenang. Semua orang larut dalam pikirannya masing-masing. Saya menatap keluar jendela, melewati lagi Jogokaryan, Patehan, Ketandan.
Kata-kata Mas Wibi tentang "didadar" kembali terngiang. Hidup manusia, kata orang Jawa, seperti telur didadar di atas wajan: dibolak-balik, diuji panas, hingga matang. Panggung Krapyak adalah rahim, awal mula. Kraton adalah dunia fana, tempat manusia berperan. Tugu Pal Putih adalah tujuan akhir, penyatuan. Di antaranya, manusia harus rela didadar oleh kehidupan. Sementara itu saya ingat ketika sekolah di Yogya dulu, masih kelas satu SMA, ada tetangga kos yang sudah mahasiswa dan sering menyebut istilah pendadaran. Dulu saya tidak tahu maknanya yang ternyata merupakan ujian sidang akhir skripsi.

Pukul 14.00, bus kembali masuk ke halaman JTTC. Hanya satu setengah jam perjalanan, tetapi seperti sebuah kitab kecil terbuka di depan mata. Saya turun dengan hati yang ringan, membawa pulang bukan sekadar foto, tetapi renungan panjang: tentang hidup yang didadar, tentang pentingnya dongeng, dan tentang segelas es teler yang jadi penutup manis sebuah siang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun