Siang itu di perjalanan di kota lama Kudus berlanjut setelah sempat mampir ke masjid langgar dalam. Kami melewati lorong dan jalan yang sempit di antara rumah-rumah tua yang anggun. Walaupun begitu ada momen momen yang cukup mengasyikkan di sana antara lain ketika kami melihat dua ekor kambing warna hitam putih.
Keduanya, seakan- akan sedang digantung dengan seutas tali di leher.
Seorang pemuda bercelana pendek hitam dan memakai sandal jepit tampak sedang mengangkat tangan kanannya yang memegang tali warna biru yang tersambung ke leher kambing. Saya sempat mengira kambing ini akan dipotong atau dieksekusi.
Namun ketika kami tanyakan, pemuda yang lain menjawab bahwa kambing itu hanya akan dimandikan. "Wah baru tau deh begitu cara memandikan kambing."
Kami kembali menyusuri jalan dan lorong sempit kota tua Kudus --- daerah yang setiap sudutnya seolah menyimpan lapisan masa lalu.
Kami melewati rumah rumah tua yang cantik. Salah satunya terlihat tertutup rapat dengan dinding dan pintu dari kayu warna coklat tua.
Terlihat juga beberapa sangkar burung tergantung di depan rumah serta lantai beranda yang terbuat dari ubin warna merah bata dan putih.
Kami terus berjalan sampai akhirnya sampai ke jalan yang tidak terlalu besar namun suasana nya cukup ramai. Rupanya di sini sedang diselenggarakan festival Kali Gelis.
Festival Kali Gelis adalah acara tahunan yang diadakan di Desa Langgardalem, Kota Kudus, sebagai upaya menghidupkan kembali dan mengembangkan wisata sejarah kretek---yang dimulai dari kampung ini, tempat industri kretek lahir dari tangan Nitisemito, sang "Raja Kretek"
Nah dalam festival ini diselenggarakan walking tur seperti yang sedang kami lakukan ini. Salah satunya adalah mampir ke rumah Nitisemito. Sang raja kretek.
Tak lama kemudian, kami tiba di rumah peninggalan Nitisemito --- sang Raja Kretek legendaris dari Kudus. Sebuah spanduk bertuliskan