Batavia di Dalam Museum Jepang
Melihat lukisan Batavia terpajang di museum Jepang adalah pengalaman yang tidak kami duga. Tapi ternyata, sangat masuk akal. Batavia adalah kota pusat VOC di Asia, dan segala urusan perdagangan Belanda ke Jepang via Dejima dikoordinasikan dari sana.
Saya mendekat ke lukisan dan melihat pelabuhan yang sibuk, kanal-kanal yang mirip Amsterdam, serta gunung di kejauhan---mungkin Gunung Salak atau Pangrango. Di sana tertulis bahwa Batavia menjadi "caput" atau kepala dari seluruh jaringan pos dagang VOC di Hindia Timur.
Bagi saya, ini seperti menguak fakta bahwa Jakarta atau Batavia, dulu adalah pusat logistik dan diplomasi dagang global. Kota ini menjadi penghubung utama antara Belanda, India, Sri Lanka, Taiwan, dan... Dejima.
Rute Emas VOC: Batavia -- Dejima -- Dunia
Sepanjang perjalanan menyusuri Dejima, kami terus menemukan informasi yang memperkuat posisi Batavia dalam jaringan dagang. Di satu panel, kami membaca bahwa setiap tahun VOC mengirim kapal dari Batavia ke Dejima membawa rempah-rempah dari Nusantara, kain dan tekstil dari India, buku, peta, dan instrumen ilmiah dari Eropa, dan kadang juga dokter, ahli botani, atau pelukis.
Sementara dari Dejima, mereka pulang membawa porselen dan kerajinan Jepang, emas dan perak, juga informasi dan teknologi.
Rute ini biasanya melewati Formosa (Taiwan) yang dulu juga dikuasai VOC selama beberapa dekade, sebagai pangkalan persinggahan sebelum melanjutkan ke Nagasaki. Saya mulai memahami bahwa jalur dagang VOC ini seperti jaring laba-laba yang terhubung ke satu titik utama: Batavia.
Siebold: Ilmuwan dari Batavia ke Jepang