Everything I know, I know because of love.
Leo Tolstoy, War and Peace
Saya selalu punya hubungan istimewa dengan buku. Bagi saya, membaca itu seperti berjalan jauh ke tempat-tempat yang tidak terjangkau kaki. Dalam rangka Hari Buku Nasional, saya jadi teringat kembali salah satu genre yang dulu sangat saya gandrungi: sastra Rusia.
Dari Dostoevsky yang murung, Chekhov yang puitis, Gorky yang tegas, sampai Pushkin yang nyaris seperti legenda, saya mencoba menyelami dunia mereka satu per satu. Tapi ada satu nama yang mungkin paling membekas: Leo Tolstoy.
Salah satu karya Tolstoy yang paling besar, tentu saja, War and Peace.
Novel tebal itu pernah saya baca dalam versi terjemahan bahasa Inggris. Bahasanya padat dan filosofis, tapi terasa hidup. Dan sekitar lima belas tahun yang lalu, saya tanpa sengaja menemukan DVD film adaptasinya versi Uni Soviet---ya, yang disutradarai sendiri oleh Sergei Bondarchuk. Film itu langsung berbahasa Rusia, dan untungnya saya cukup bisa menangkap sepatah dua patah kata. Tidak banyak, tapi cukup untuk memahami nuansanya.
Waktu itu saya tidak tahu bahwa yang saya tonton adalah film paling kolosal dan mahal dalam sejarah sinema dunia. Bahkan, katanya, kalau dikonversi ke nilai uang sekarang, biaya produksinya bisa mencapai lebih dari 700 juta dolar AS.
Menurut info, film ini pernah ditayangkan di bioskop Indonesia pada tahun 1972. Di Jakarta, ditayangkan dalam empat bagian terpisah, di bioskop seperti Metropole dan Capitol.
Dan sekarang, film ini kembali muncul di benak saya. Mungkin karena suasana dunia yang tidak pernah lepas dari bayang-bayang perang, atau mungkin karena film ini memang terlalu besar untuk dilupakan begitu saja.
Empat Bagian Sebuah Epos
War and Peace versi Soviet ini dibagi menjadi empat bagian besar. Total durasinya sekitar tujuh jam. Tapi jangan bayangkan akan bosan---karena justru di situlah letak keajaibannya.
- Andrei Bolkonsky -- Kisah dimulai dengan pesta-pesta para bangsawan, lalu bergerak menuju medan perang. Andrei, seorang bangsawan muda, ingin mencari makna dalam hidup lewat kemiliteran. Tapi ia justru menemukan kehampaan.
Natasha Rostova -- Kita lalu diajak masuk ke dunia Natasha, gadis muda yang polos dan penuh semangat. Bagian ini terasa lebih ringan, lebih emosional, dan sangat indah secara visual. Musik, tarian, lampu lilin, dan cinta pertama.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!