Sumber informasi ini sempat saya temukan dari rubrik film di majalah Varia, dan beberapa pengarsipan lama menyebut bahwa pemutarannya menjadi bahan perbincangan kalangan intelektual di Indonesia saat itu.
Kesimpukan
Menonton War and Peace bukan seperti menonton film biasa. Rasanya lebih mirip membaca puisi panjang yang penuh detail, tapi divisualisasikan dengan sangat indah. Film ini mengajarkan saya bahwa perang itu bukan cuma soal strategi dan darah, tapi soal jiwa manusia yang hancur perlahan.
Dan Tolstoy, lewat film ini, tetap hidup.
Kalau pembaca tertarik, keempat bagian film ini kini tersedia di YouTube---lengkap, legal, dan gratis, bahkan dengan subtitle Inggris. Rasanya seperti menemukan kembali harta karun yang dulu sempat saya pegang dalam bentuk DVD, dan kini kembali bisa dinikmati siapa saja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI