Dari stasiun metro Sao Sebastiao, saya berjalan kaki agak cepat menyusuri kaki lima Avenida Reassano Garcia yang lebar dan rindang. Walau sudah siang, matahari bersinar redup temaram di langit Lisboa.
Tidak sampai lima menit saya sudah melihat bangunan dengan bentuk segiempat di kawasan pusat kota. Kubah hijau kebiruan yang mencuat dari atap datar dan dinding bata merah jingga langsung mencolok di antara bangunan modern sekitarnya. Ini adalah Lisboa Central Mosque. Untuk sampai di gerbang masjid saya masih harus menyeberang Rua Doktor Julio Dantas yang cukup ramai siang itu.
Di depan masjid tepat di atas pintu utama yang terbuat dari kayu warna cokelat tua ada tulisan nama masjid dalam aksara Hijaiyah Al-Masjid Jami Lisabunah dan Mezquita Central de Lisboa. Di sekelilingnya ada keramik cantik berhiaskan kaligrafi ayat-ayat Al-quran dan terjemahannya dalam bahasa Portugis. Ini adalah simbol nyata kehadiran Islam di tanah Iberia masa kini.
Saya datang sekitar pukul 1 siang. Di depan masjid suasana ramai dengan kendaraan dan pejalan kaki yang mengarah ke masjid. Bahkan nama jalan di depan masjid---Rua da Mesquita, atau "Jalan Masjid." Nama jalan ini sendiri seperti pengakuan sejarah; bahwa jejak Islam di Portugal tidak datang belakangan, melainkan memiliki akar mendalam sejak berabad-abad lalu.
Begitu masuk ke beranda masjid, suasananya seperti kembali ke negeri-negeri Muslim. Pria-pria dari berbagai latar belakang berwajah Afrika, Arab, dan Asia Selatan, sebagian mengenakan jubah panjang, sebagian lagi berpakaian kasual Eropa, saling menyapa. Bahasa-bahasa asing bercampur di udara---Arab, Urdu, Prancis, bahkan sesekali Portugis. Beberapa anak muda berkaus dan membawa tas ransel tampak seperti mahasiswa.
Saya masuk dan segera mencari tempat wudhu. Interior masjid memadukan unsur modern dan tradisional. Ruang utama salat dilapisi karpet merah keemasan yang lembut, dengan arah kiblat yang jelas. Dindingnya bersih dengan aksen geometris, dan di bagian depan terdapat mihrab yang sederhana namun anggun, dikelilingi kaligrafi Arab berwarna emas dan hijau.
Kubah di atas ruang utama memungkinkan cahaya alami masuk, menciptakan suasana tenang dan khusyuk. Di lantai bawah, terdapat aula serbaguna, kantor administrasi, perpustakaan Islam, serta kantin yang menjadi tempat makan dan diskusi para jamaah setelah salat Jumat.