Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Apa Khabar MRT Jakarta Fase 3 dan 4

29 April 2025   20:05 Diperbarui: 29 April 2025   20:05 5215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Agustus 2024. Kala itu, pemerintah  menjanjikan dimulainya pembangunan MRT Jakarta Fase 3, jalur prestisius yang digadang-gadang bakal menghubungkan Cikarang hingga Balaraja. Proyek ini disebut-sebut akan mengubah wajah mobilitas di Jabodetabek. Kini sudah April 2025. Presiden sudah berganti, kabinet sudah dilantik, tapi proyek ini belum juga tampak batang tiangnya.

Tak ada suara bor raksasa, tak terlihat pagar proyek berdiri, bahkan belum ada penandatanganan kontrak besar-besaran seperti yang dulu sering disiarkan media. Seolah-olah proyek MRT Jalur 3 dan 4 ini hanya hidup dalam dokumen presentasi dan konferensi pers. Wajar jika publik mulai bertanya: jangan-jangan proyek ini akan menyusul banyak rencana strategis lain yang berakhir jadi mitos pembangunan?

Dari Janji Megaproyek ke Senyap yang Panjang

Fase 3 MRT Jakarta (East--West Line) dirancang sepanjang lebih dari 80 kilometer, lintas tiga provinsi, melewati area strategis dan padat penduduk. Fase 4, yang akan menghubungkan Fatmawati ke Kampung Rambutan dan TMII, juga dinanti sebagai jalur penyeimbang kawasan selatan Jakarta.

Namun hingga kuartal kedua 2025, proyek ini belum memasuki tahap konstruksi. Yang terdengar hanya alasan: "tunggu finalisasi desain", "pendanaan belum rampung", "masih menunggu keputusan konsorsium luar negeri." Sementara itu, publik makin ragu. Apakah ini proyek yang serius, atau hanya proyek yang sempat dikutip dalam pidato?

Pemerintahan Baru, Harapan Baru?

Kini Indonesia sudah memasuki babak baru: pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Dalam berbagai pidatonya, Presiden Prabowo menyampaikan komitmen untuk membangun infrastruktur, melanjutkan program strategis nasional, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

Namun realitas di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua janji lama otomatis dilanjutkan. Terutama bila program-program baru lebih menyita perhatian fiskal---misalnya, program makan siang gratis yang menjadi unggulan kampanye. Bukan berarti kita menolak program sosial, tetapi pertanyaannya sah untuk diajukan: apakah dana pembangunan jangka panjang seperti MRT terdesak oleh agenda populis jangka pendek?

Kalau begitu, apakah kita harus bersiap menyambut MRT Fase 3 dan 4 sebagai korban baru dari prioritas yang bergeser?

Dari Kereta Cepat Sampai Jalur Mangkrak

Pola ini bukan baru. Lihat saja proyek kereta cepat Jakarta--Surabaya yang sudah diwacanakan sejak masa Presiden SBY. Masuk era Jokowi, pembahasannya makin sering, tetapi hasilnya tetap: belum ada pelaksanaan nyata. Rencana banyak, realisasi sedikit.

Reaktivasi jalur kereta api lama di Jawa Barat juga bernasib serupa. Digembar-gemborkan bisa mendongkrak pariwisata dan ekonomi lokal, tapi hingga kini yang berjalan hanya segelintir. Sisanya tenggelam dalam birokrasi dan tarik-menarik anggaran.

Apakah MRT Jakarta Fase 3 dan 4 sedang menuju jalan yang sama?

Infrastruktur Tak Butuh Panggung, Tapi Komitmen

Kita sudah kenyang dengan seremoni: peletakan batu pertama yang meriah, maket proyek yang keren, video promosi yang membius. Tapi semua itu tak berarti apa-apa jika proyeknya tak berlanjut. Infrastruktur publik bukan urusan pencitraan, tapi keberanian mengawal anggaran dan keberlanjutan lintas pemerintahan.

Jika memang ada kendala dalam pendanaan atau koordinasi, sampaikanlah secara terbuka. Rakyat bisa paham bila diajak jujur. Tapi rakyat juga berhak kecewa jika terus disuguhi janji yang tak ditepati. Terlebih jika proyek strategis seperti MRT dikorbankan untuk pembiayaan program-program jangka pendek yang sensasional tapi minim dampak struktural.

Penutup: Kita Tak Butuh Lagi Janji, Tapi Bukti

MRT Jalur 3 dan 4 seharusnya menjadi simbol masa depan Indonesia modern: transportasi cepat, terintegrasi, ramah lingkungan. Tapi jika proyek ini hanya berhenti sebagai rencana, maka ia hanya akan menambah deretan mitos pembangunan yang terlalu sering kita telan mentah-mentah.

Kini saatnya publik bersuara. Kita tak sekadar ingin mendengar janji. Kita ingin melihat hasil. Karena infrastruktur bukan soal seremoni, tapi soal masa  depan!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun