Sekitar pukul 8.20 pagi saya sudah tiba di stasiun Bogor. Tadinya saya berpikir bahwa saya adalah yang pertama datang, tetapi ternyata sudah ada Pak Sudiono di sana duduk manis di tempat biasa kami menunggu di dekat ATM BCA.
Ternyata Mbak Denik sudah menunggu di taman dekat alun-alun dan Inong kemudian datang sebelum jam 9. Sementara Lala yang berdomisili di Bogor akan datang langsung ke istana.
"Ayo kita jalan kaki saja," kata Denik kemudian yang langsung diiyakan oleh kami semua, gerombolan Ketapels yang hari ini 'Jalan-jalan Dadakan" ke Museum Kepresidenan Balai Kirti di kompleks Istana Bogor.
Beriringan kami berjalan kaki di pagi yang hangat di Bogor di pertengahan bulan Ramadan. Uniknya disini banyak pedagang kaki lima yang menjual makanan seperti biasa. Seakan akan bukan bulan puasa. Ada juga penjual buah-buahan seperti pisang dan ada juga buah merah bulat yang kami tidak tahu namanya .
Setelah 10 menit berjalan kaki, kami tiba di pintu gerbang masuk dan Lala sudah menunggu di sana. Enam orang rombongan pun masuk dipimpin Denik sebagai ketua dan langsung mendaftar ke petugas.
Kamu kemudian berjalan masuk langsung menuju ke Bali Kirti. Sebelumnya di sebelah kanan, kami sempat melihat ada stasiun SPKLU PLN (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum PLN) yang merupakan adalah fasilitas untuk mengisi daya baterai kendaraan listrik, seperti mobil dan motor listrik.
Sampai di depan museum, saya sempat berfoto di depan prasasti bergambar logo Museum Kepresidenan berbentuk medali dengan bintang bersudut sepuluh.
Sebelum pintu masuk ada tiga pasang tiang yang masing-masing dihiasi gambar enam presiden dari Bung Karno, hingga SBY.
"Setiap presiden ingin berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negaranya," demikian tertulis dengan tinta warna emas pada prasasti besar yang ada di sebelah kanan pintu masuk. Prasasti ini ditandatangani oleh SBY di Bogor pada 18 Oktober 2014.