Setibanya di Taif, pelayanan dari tim Ventour terasa begitu rapi dan profesional. Koper-koper kuning kami, termasuk kursi roda, sudah tertata dengan rapi di troli, siap untuk diangkut ke bus. Tak perlu repot mengurus bagasi sendiri, semua sudah ditangani dengan sistematis, memberikan kenyamanan setelah menempuh perjalanan panjang.
Di luar bandara, bus Samaya berwarna biru dengan desain khas dan nomor bodi 125 sudah menunggu, siap membawa kami ke tujuan berikutnya. Udara Taif yang lebih sejuk dibanding kota-kota lain di Arab Saudi langsung terasa begitu keluar dari terminal. Dengan perasaan lega dan semangat, kami pun bersiap melanjutkan perjalanan menuju Masjid Abdullah bin Abbas, destinasi pertama dalam ziarah ini.
Sebelum naik bus, Bu Kanjeng mengingatkan bahwa bagi yang ingin ke toilet bisa mampir ke fasilitas di lapangan luas di depan bandara. Dalam perjalanan menuju toilet, kami sempat melewati kantor Airport Traffic Police, sebuah bangunan kecil berwarna putih dengan papan bertuliskan "Car Rental" di sebelahnya.
Pemandangan sekitar terasa lapang, dengan jalanan rapi, pepohonan hijau, dan udara sejuk khas Taif yang menyambut kedatangan kami. Ini menjadi momen singkat untuk meregangkan tubuh sebelum melanjutkan perjalanan ke destinasi utama.
Begitu semua jemaah telah duduk di dalam bus, Mutawif membagikan air zamzam sebagai tanda selamat datang di Tanah Suci. Kesegaran air suci itu seolah menjadi pelepas dahaga setelah perjalanan panjang. Setelah itu, ia memperkenalkan diri sebagai Yudie Winarno Putjakesuma, seorang mutawif muda yang intonasi dan suaranya langsung menarik perhatian. Ada sesuatu yang khas dalam cara bicaranya---tenang, jelas, dan penuh wibawa.
Tak butuh waktu lama, saya langsung terkesan dengan cara ia bercerita, terutama ketika memberikan instruksi dengan tutur kata yang begitu sopan, namun hangat dan mudah dipahami.