Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ada Rahasia Apa di Halaman Belakang Museum Sejarah Jakarta?

17 Agustus 2022   17:54 Diperbarui: 17 Agustus 2022   20:40 1130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu sudut Taman Fatahillah: Dokpri
Salah satu sudut Taman Fatahillah: Dokpri

Tujuan pertama Koteka Trip kali ini adalah halaman belakang Museum Sejarah Jakarta.  Ada dua tempat menarik yang ada di sini. Pertama adalah patung Hermes dan kedua adalah penjara bawah tanah.  Patung Hermes yang terbuat dari perunggu setinggi sekitar 2 meter dengan pose sedang berdiri di atas sebuah bola dengan satu kaki. Tangan kanannya di acungkan seakan menghujam ke langit sementara tangan kiri memegang tongkat bersayap yang dililit dua ekor ular.  Pada plakat di bagian pedestal dijelaskan bahwa Hermes adalah dewa dalam mitologi Yunani yang merupakan anak Dewa Zeus. Dia adalah dewa perdagangan, kekayaan, keberuntungan, dan lebih sering digambarkan sebagai dewa pembawa pesan.  Salah satu ciri khas Hermes adalah sandalnya yang bersayap.  

Patung Hermes: Dokpri
Patung Hermes: Dokpri

Nah yang perlu diperhatikan adalah bahwa dulu patung Hermes ini diletakan di jembatan Harmoni dan baru pada 1999 dipindahkan ke halaman belakang museum ini sementara di Harmoni kemudian dipasang replika patungnya.  Beberapa tahun lalu semat ada berita unik mengenai replika patung Hermes yang di jembatan Harmoni. Konon ada orang yang sempat memberi kain untuk menutupi tubuh Hermes yang telanjang.  Ada -ada saja.

Penjara bawah tanah: Dokpri
Penjara bawah tanah: Dokpri

Kami kemudian mampir sebentar menjenguk penjara bawah tanah. Menurut Ira Latief, disinilah tempat orang-orang ditahan sebelum diputuskan nasibnya apakah akan dihukum mati atau hukuman lainnya. Setiap sel yang ukurannya tidak terlalu besar itu bisa memuat 50 orang narapidana dan juga masih ada bola-bola besi yang duku digunakan untuk mengikat kaki mereka. 

Namun tujuan utama Koteka ke Museum Sejarah Jakarta sebenarnya bukan untuk melihat Hermes atau penjara bawah tanah. Karena tema perjalanan kali ini adalah mencicipi berbagai jenis kuliner.  Di sini terdapat beberapa kuliner tradisional Betawi yang mungkin sulit ditemukan di tempat lain.

Es Selendang Mayang: Dokpri
Es Selendang Mayang: Dokpri

Salah satunya adalah Es Selendang Mayang. Makanan khas Betawi ini pernah saya coba beberapa kali termasuk di Kampung Setu Babakan.  Penjual memperagakan bagaimana menyajikan es yang bahannya adalah kue pepe atau kue lapis warna merah putih hijau yang terbuat dari tepung hunkue.  Setelah itu kue ini dicampur dengan potongan es dan diberi santan serta sirop gula Jawa. Di sini segelas es selendang mayang dibanderol 8 ribu rupiah. Saya sempat mencobanya dan rasanya segar dan nikmat. 

Antre es: Dokpri
Antre es: Dokpri

Selain itu ada juga dijajakan Kerak Telor yang disebut oleh Ira Latief sebagai Batavia Omelette.  Biasanya Kerak Telor banyak dijajakan sewaktu PRJ.  Nah di sini kita bisa memilih yang menggunakan telur ayam atau telur bebek.  Salah satu hal yang menyenangkan adalah menyaksikan abang penjualnya membuat kerak telor yaitu dengan cara memanggang telur tersebut bolak balik sambil membalik kuali kecil yang digunakan. Satu porsi kerak telor dijual dengan harga 20 Ribu saja. Namun karena masih kenyang, saya tidak mencoba kerak telor di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun