Salah satu keunikan Armenia adalah negri di Kaukasus Selatan ini masih mempertahankan aksaranya sendiri walau lebih 70 tahun berada di bawah kekuasaan Soviet.
Perkenalan saya dengan Aksara Armenia sudah dimulai ketika mendarat di Bandra Zvarnort, Yerevan dan harus mengisi formulir untuk Visa on Arrival dan menukar beberapa lembar US Dollar menjadi Dram Armenia.
Namun nampaknya  aksara yang memiliki 28 konsonan 8 vowel dan2 tanda khusus ini tidak mudah untuk diingat pada pandangan pertama .
Pengalaman kedua ketika membeli SIM Card lokal MTs  Armenia yang karena cepat tidak diaktifkan di bandara  melainkan dicoba di hotel di kawasan Republic Square.
Setelah puas menikmati keindahan Kaskade di kawasan Kentron, saya kemudian berjalan menuju ke Opera dan Freedom Square.
Lokasi restoran ini ada di sudut dan cukup mencolok kehadirannya dengan papan nama yang warna warni dalam bahasa Inggris dan Armenia.
Sedang tulisan restoran India nya ditulis dengan abjad Armenia ukuran lebih kecil.
Karena itu saya pun bisa menafsirkan bahwa kelima huruf Armenia  dibaca Karma .
Dengan menuruni beberapa anak tangga kami pun masuk ke dalam dimana ada informasi  bahwa restoran ini menyajikan makanan halal.
Sambil menunggu pesanan berupa ayam tandori , kari ikan , Â roti naan dan minuman khas India Utara yaitu lassi yang segar saya segera mencoba memecahkan beberapa abjad Armenia lagi dengan menggunakan menu yang ada.
Singkatnya dalam waktu kurang setengah jam saya sudah bisa menghafal beberapa abjad Armenia berkat kunjungan ke restoran India.
Pada kunjungan kedua di restoran ini dua hari kemudian, Saya juga sempat berkenalan dengan pemiliknya . Kebetulan makanan disini cukup cocok dengan lidah orang Indonesia .Â
Tentu saja kuliner Armenia sendiri pun tidak kalah  lezatnya .
Kisah mengenai kuliner Armenia akan ditulis dalam kisah yang lain.
Setelah sekitat 90 menit di resto ini, dengan taksi online yandex kami segera menuju kembali ke Republic Square untuk melanjutkan pengembaraan di ibukota Armenia.
Yerevan , 2019