Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Delima, Genosida, dan Garuda Pancasila Versi Armenia di Yerevan

4 Desember 2019   11:06 Diperbarui: 5 Desember 2019   17:23 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI PERINGATAN GENOSIDA ARMENIA | People lay flowers at the Tsitsernakaberd Memorial, on April 24, 2015, in Yerevan, as part of the Armenian genocide centenary commemoration (m.slaq.am)

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Sambil duduk di kursi taman, sejenak beristirahat dan menikmati minuman jus delima segar, dua orang perempuan berusia  sekitar 50 tahunan juga duduk di kursi di dekat kami.

Tiba tiba saja seorang di antaranya menegur dan mengajak berbicara dalam bahasa Rusia.

"Otkuda Ti.?, Tanya perempuan itu menanyakan asal kami.

Indonesia , jawab saya sambil tersenyum sekedarnya.

Setelah itu percakapan dilanjutkan dengan cukup menarik setelah mengetahui bahwa kami berasal dari Indonesia. Mereka tadinya mengira kami berasal dari negara Asia Tengah seperti Kyrgistan atau Tajikistan. Itulah sebabnya dia menegur dalam Bahasa Rusia.

Wanita  itu panjang lebar bercerita tentang kehidupan di zaman Soviet dan juga sampai kepada peristiwa di awal abad ke-20 yaitu kisah Genosida Armenia tahun 1915 lalu.

"Armenia adalah negara kristen ortodoks dan kami tidak membenci muslim. Buktinya kami sangat bersahabat dengan Iran atau Persia yang juga muslim. Tapi kami tetap belum bisa memaafkan tetangga muslim kami yang lain yaitu Ottoman alias Turki", demikian tukas wanita tadi.

Nada bicara perempuan itu nampak kian muram dan sedih penuh dendam. Karena itu saya hanya mengangguk dan mendengarkan dengan setia tanpa memberikan komentar apa-apa. 

Bahkan Saya sempat mengatakan bahwa peristiwa itu sudah terjadi lebih satu abad lalu dan mestinya rakyat Armenia sudah bisa memaafkan rakyat Turki yang tidak tahu menahu soal kejadian tersebut.

Ternyata memang kejadian tersebut dan ketidak harmosian antara Turki dan Armenia yang menyebabkan Turkish Airlines tidak terbang ke Yerevan.

Akhirnya kami pun mohon diri dan kembali menyusuri taman untuk menuju ke Vernissage. Setelah menyebrangi jalan kita mulai masuk ke arena pasar terbuka yang lumayan ramai.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun