Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Chiang Kai Shek: Penantian Abadi di Cihu Mausoleum

8 April 2016   23:23 Diperbarui: 9 April 2016   11:20 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sarkofagus CKS di Cihu mausoleum"][/caption]“Chiang Kai Shek tidak dimakamkan disini, melainkan di Cihu”, secara tidak sengaja saya mendengarkan penjelasan pemandu wisata yang sedang membawa rombongan wisatawan di Chiang Kai Shek Memorial Hall yang terletak di pusat kota Taipei.  Waktu pertamakali berkunjung ke tempat ini lebih dari sepuluh tahun lalu, Saya pernah berfikir bahwa di dalam monumen yang menjadi ikon ibu kota Taiwan ini dimakamkan jasad CKS.

[caption caption="jadwal kereta api di stasisun taipei"]

[/caption]

Sekitar jam 8 pagi, saya sudah ada di Taipei Main Station dan mencari kereta api TRA atau Taiwan Railway Authority yang menuju Zhong Li.    Tidak seperti pengalaman pertama di stasiun ini di akhir tahun 80an dimana susah sekali membeli tiket kalau bahasa Mandarin kita pas-pasan. Sekarang petunjuk dalam Bahasa Inggris sudah ada dimana-mana. Staf stasiun pun kebanyakan umayan fasih berbahasa Inggris.

Asyiknya lagi naik kereta juga sangat praktis dengan menggunakan Easy Card cukup tempel kartu sakti di pintu masuk saja dan nanti menempelkan lagi kartu ini di pintu keluar stasiiun tujuan. Kereta saya kebetulan tujuan Miao Li dan setelah lewat beberapa stasiun akhirnya lewat Taoyuan dan Neili sebelum akhirnya sampai di Zhongli. Waktu menunjukan pukul 9 lebih 10 menit,

[caption caption="petunjuk ke cihu bus"]

[/caption]

Keluar dari pintu depan stasiun, saya melihat petunjuk arah ke kiri menuju ke stasiun bus dengan logo Fun Taiwan.  Sekitar 200 meter lagi demikian petunjuk tersebut yang juga bertuliskan Cihu Route dengan gambar sebuah bus.  Saya terus berjalan perlahan dan kemudian menemukan petunjuk serupa . Kali ini dengan petunjuk arah yang tinggal 50 meter lagi.


[caption caption="stasiun bus zhongli"]

[/caption]

Akhirnya , sampai juga di stasun bus, sementara di sebelah kanan ada juga  stasiun bus yang lebih ramai dengan beberapa tujuan di kota Taipei seperti ke Taipei 101.  Stasiunnya sederhana, berlantai dua, dan ada beberapa rute  dengan tujuan yang cukup lengkap. Di dekat pintu juga tersedia vending machine dimana kita bisa membeli minuman dingin dalam botol ataupun kaleng.

[caption caption="rute bus "]

[/caption]

Di salah satu pintu, saya menemukan poster bus rute 501. Lengkap dengan gambar bus dan tajuk Taiwan, the heart of Asia plus tag line “Have Fun in Taoyuan”.  Di bawahnya ada peta rute yang dilalui bus.  Selain ke Cihu, Bus juga akan berhenti di Daxi Old Town, Ximen Reservoir dan Daxi Mausoleum. Juga tersedia jadwal keberangkatan bus yang hanya satu jam sekali di hari biasa dan setiap 30 menit untuk akhir pekan dan hari libur.

[caption caption="bus 501"]

[/caption]

Tiket bus dapat dibeli ketika naik bus. Ongkosnya 100 NT, walau di tiket tertulis 170 NT. Rupanya sedang ada promosi bus wisata ini.  Dan tepat jam 10 bus  pun berangkat menuju Cihu walaupun penumpang hanya sekitar 10 orang saja.  Di dalam bus kita juga bisa mengambil brosur tentang tempat-tempat yang dilalui serta petunjuk elektronik yang menunjukan halte berikut, sayangnya kedua nya hanya dalam bahasa Mandarin.

[caption caption="tiket bus"]

[/caption]

Sekitar satu jam berjalan bus akhirnya tiba di halte terakhir yaitu Cihu yang ditandai dengan sebuah patung Chiang Kai Shek dalam ukuran cukup besar dalam posisi duduk dan terbuat dari perunggu berwarna coklat kemerahan.

[caption caption="patung CKS"]

[/caption]

Semua penumpang turun di tempat ini yang merupakan Cihu Mausoleum, Cihu Lake, dan juga Cihu Sculpture Park. Bahkan menurut peta yang ada kita juga bisa berjalan kaki sampai ke Da Xi Mausoleum  dimana jasad mantan Presiden Taiwan Chiang Ching Kuo disemayamkan.

[caption caption="bus wisata"]

[/caption]

Suasana cukup ramai dengan rombongan turis yang hampir 100 persen adalah turis lokal dari Taiwan atau mungkin dari daratan Cina.  Mereka bergerombol mengikuti pemandu wisata.  Tujuan pertama adalah  Cihu Visitor Center dimana kita bisa mendapatkan informasi mengenai lokasi tempat wisata ini.

[caption caption="CKS dan Chiang Ahing Kuo"]

[/caption]

Di dekat pintu masuk kembali ada dijumpai sepasang patung perunggu yang mempresentasikan Chiang Kai Shek dan putranya Chiang Ching Kuo dalam gaya karikatur.  Sementara di sebelah visitor centre ini banyak terdapat toko penjual souvenir ,  restoran dan cafe.

[caption caption="rakyat berlutut di sepnjang jalan pada pemakaman CKS1975"]

[/caption]

Di dalam visitor centre, kita disuguhkan foto dan gambar tentang sejarah hidup Chiang Kai Shek yang juga memiliki nama kesayangan  Jiang Jie Shi.   Dari masa kecil Chiang , sampai dengan masa muda di Jepang dan kemudian mendirikan partai Kuo Min Tang di Guangzhou.  Foto yang sangat berkesan adalah ketika rakyat Taiwan berbaris rapih sambil berlutut di tepi jalan untuk memberikan penghormatan terakhir kepada iringan jenazah Chiang ketika beliau meninggal pada 1975 dalam usia 87 tahun. 

[caption caption="pintu gerbang masuoleum"]

[/caption]

Tujuan berikutnya adalah Cihu Mausoleum, tempat dimana jenazah Chiang Kai Shek disemayamkan sementara sambil menunggu pemakaman di kampung halamannya di daratan Cina setelah kaum nasionalis dapat merebut kembali daratan Cina dari kaum komunis.  Saya berjalan bersama puluhan wisatawan lain menyusuri jalan kecil yang diteduhi pepohonan rindang dan kemudian sampai di tepi Telaga Cihu yang indah. Konon telaga ini dibangun menyerupai telaga di kampung Chiang di daratan Cina sana yaitu di Fenghua, Propinsi  Zhejiang dan dinamakan Cihu yang artinya Benevolent Lake atau Danau Kebajikan.

[caption caption="changing of the guards"]

[/caption]

Dari danau ini, kembali kita menyusuri jalan yang teduh sepanjang kira-kira 300 meter menuju mausoleum.  Kebetulan ketka sampai di halaman mausoleum, sedang dilaksanakan upacara “Changing of the Guard”, yaitu pergantian pengawal yang merupakan acarayang menarik dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.

[caption caption="bagai patung"]

[/caption]

Pengawalnya merupakan tentara nasional Taiwan yang masih muda, dan sangat gagah dalam balutan seragam biru-biru lengkap dengan bayonet dan senapan . Mereka berbaris rapih dan juga memperlihatkan gerakan-gerakan yang mengagumkan. Selepas upacara, sang prajurit menempati posisi di pintu masuk utama sambil berdiri tegak bagaikan patung tanpa ekspresi.

[caption caption="bendera matahari putih langit biru tanah merah"]

[/caption]

Wisatawan bergegas masuk ke mausoelum melalui pintu utama yang dijaga oleh sepasang prajurit.  Disini terlihat deretan bendera Taiwan yang bergambarkan Matahari Putih , Langit Biru dan Bumi Merah yang  memliki nama resmi Qīng Tiān, Bái Rì, Mǎn Dì Hóng.   Juga ada sebuah hiasan bertulisakan aksara Cina “Fu” yang berarti  Berkah  dan  dikeliling empat buah burung Hong.

[caption caption="Fu atau berkah"]

[/caption]

Setelah itu di di dekat langit-langit ada lagi tulisan dua aksara Cina.  Mela-mula saya tidak bisa membacanya, tetapi setelah membadning-bandingkan dengan tulisan yang ada di denah dan tempat-tempat lain, saya baru tahu bahwa dua huruf ini adalah Ci Hu yang uniknya harus dibaca dari kanan ke kiri seperti tulisan Arab.  Barulah saya ingat bahwa di jaman dahulu tulisan Cna memang dibaca dari kanan ke kiri.

[caption caption="ci hu "]

[/caption]

Pengunjung kemudian berjalan di koridor dimana di tengahnya terdapat taman.  Dan kemudian berbaris rapih menuju sebuah ruangan tempat peti mati batu sarkofagus Chiang diletakan.  Sebelum melihat ke peti mati ini ada sebuah pengumuman yang meminta setiap pengunjung untuk menunduk memberikan hormat kepada Chiang. 

[caption caption="mausoleum CKS"]

[/caption]

Walaupun sebagian besar pengunjung terlihat menunduk sambil  memberikan hormat, adapula yang santai saja sambil berfotoria . Petugas pun santai dan tidak ada yang menegur. “Please bow or show respect to the potrait of Chiang Kai Shek Thank You”. Demikian tertulis pada sebuah papan tepat di depan ruang makam.

[caption caption="pleas bow to CKS"]

[/caption]

Sarkofagus Chiang terlihat dingin dan terbuat dari marmer berwarna hitam kehijauan. Di depannya ada salib yang dibalut dari bunga berwarna putih. Wah. Apa benar Ching Kai Shek beragama nasrani?  Sebuah papan peringatan bertuliskan “No noise “ ada di dekatnya.  Sedangkan di belakang peti batu itu tergantung foto sang generalissimo dihiasi  karangan bunga ,  lampu, dan lilin berwarna putih.  Sepasang bendera  Republik Cina juga mengapit foto dan peti mati.

[caption caption="salib dan sarkofagus"]

[/caption]

Selesai memberi hormat, pengunjung kemudian dengan tenang meninggalkan mausoleum ini dan kembali melewati jalan menuju ke Cihu Lake. Di depan musoleum ada sebuah papan keterangan yang menceriitakan sejarah bangunan ini yang dulunya merupakan toko yang menjual barang keperluan sehari-hari untuk pekerja tambang batubara.  Toko ini kemudian ditutup pada 1939 sampai suatu waktu ketika Presiden  Chiang sedang berlibur ke tempat ini dan melihat bahwa tempat ini sangat mirip dengan kampung halamannya diputukan untuk membangun tempat peristirahatan  yang disebut Guest House of Dungkou.  Tempat ini selesai dibangun pada tahun 1959 dan kemudian menjadi tempat kediaman tidak resmi keluarga Chiang.

[caption caption="sarkofagus CKS di Cihu mausoleum"]

[/caption]

 Di danau,  puluhan bebek berenang dengan tenang. Serta puluhan wisatawan dan penziarah rombongan berikutnya berjalan rapih menuju ke mausoleum.  Kehidupan sepertinya tidak berubah dan tenang di tempat peristirahatan sementara Chiang Kai Shek ini. Di sisi lain di dekat halte bus, ada  sebuah taman dimana kita bisamelihat ratusan patung Chiang Kai Shek yang dikumpulkan dari seluruh negeri.  Kisah tentang taman patung ini akan ditulis dalam artikel selanjutnya.

[caption caption="danau cihu"]

[/caption]

Saya kemudian berjalan menuju taman itu sambil  terus merenung bahwa setelah kematian pun jasa seseorang akan tetap dikenang. Namun perbuatan-perbuatan sebelumnya juga bisa merubah cara pandang rakyat dalam menghormati sang pemimpin.  Itulah yang terjadi pada Chiang Kai Shek. Semasa hidupnya dia begitu dipuja dan ditakuti. Setelah mati, sebagian orang tetap memujanya, namun sebagian orang lagi, karena  terkuaknya  kekejaman saat menjadi presiden baik di Cina daratan maupun di Taiwan akhirnya memutuskan untuk tidak lagi memujanya.

[caption caption="CKS vs CKS"]

[/caption]

Kekejaman ini pula yang membuat banyak simbol Chiang di Taiwan mulai dicopot, antara lain adalah nama bandara internasional terbesar di Taiwan yang dulunya bernama Chiang Kai Shek International Airport sekarang hanya bernama Taiwan Taoyuan International Airport.!

Tiada yang abadi di dunia ini , Yang abadi hanyalah perubahan!

Cihu . Taiwan , Maret 2106

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun