Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Raden Aria Wiraatmadja: Pahlawan Perbankan yang Terlupakan

22 November 2015   20:39 Diperbarui: 23 November 2015   11:51 2282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya. Demikian slogan yang sering kita dengar. Dan para pahlawan itu sebagian besar terbaring di Taman Makam Pahlawan di seluruh pelosok negeri serta namanya diabadikan menjadi nama-nama gedung, monumen, maupun jalan-jalan raya di berbagai kota.

Namun, kalau kita tanya siapakah yang mengenal nama Raden Arja Wirjaatmadja? Hampir 9 dari 10 orang Indonesia mungkin akan menggelengkan kepalamnya karena tidak mengenal nama ini. Saya sendiri juga tidak sengaja mengenalnya dan baru saja mengenalnya setelah sempat mampir ke kota Purwokerto dan berkunjung ke Museum BRI yang ada di persimpangan Jalan Jendral Sudirman dan Jalan Wirjaatmadja atau Jalan Bank ini.

Gedung ini menjadi satu dengan Gedung BRI cabang Wirjaatmadja Purwokerto. Sekilas tidak ada yang istimewa dengan gedung ini, kecuali sebuah monumen berbentuk patung yang ada di halamannya. Patung ini adalah patung Raden Arja Wirjaatmadja, sang pendiri De Poerwokertosche Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren, pada tahun 1895 yang kemudian dijadikan hari jadi Bank Rakyat Indonesia.

Raden Bei Aria Wirjaatmadja lahir pada Agustus 1831 di Adireja ibukota daerah Kabupaten Banyumas. Pada 1855, ketika berusia 21 tahun beliau sudah bekerja menjadi juru tulis kontrolir Belanda di Banjarnegara. Jabatan dan karirinya terus meningkat sehingga menjabat sebagai Patih Purwokerto pada 1879. Jabatan ini dipegang hingga pensiun pada tahun 1907.

Menurut cerita, pada 1894, beliau diundang ke sebuah pesta yang diadakan oleh serang guru. Pesta tersebut cukup meriah dan dapat dipastikan memakan biaya yang cukup besar. Setelah diselidiki, dapat diketahu bahwa sang tuan rumah mengadakan pesta tersebut dengan berhutang kepada rentenir dengan tingat bunga yang cukup besar. Karena peristiwa inilah akhirnya Wiraatmadja tergerak untuk mendirikan Bank Perkreditan Rakyat yang kemudian menjadi cikal bakal BRI tersebut.

Ketika masuk ke dalam museum, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengisi buku tamu. Untuk masuk, pengunjung tidak dipungut baya alias gratis. Yang menyambut kita pertama kali adalah patung Kurewa yang menurut kepercayaan Hindhu merupakan Dewa Kemakmuran.

Di dalam museum ini kita juga bisa melihat berbagai jenis uang baik uang logam maupun kertas. Yang pertama adalah uang dobog dari jaman Majapahit, juga uang logam dari jaman VOC, uang kertas dari jaman Jepang, dan juga uang dari jaman kemerdekaan.

Di bagian lain kita bisa melihat bermacam-macam mesin yang digunakan baik mesin tik, mesin cek, brankas, dan juga telpon dan mesin hitung. Semuanya sesuai dengan perkembangan jaman dan teknologi. Di pojok ruangan juga terdapat sebuah perpustakaan kecil yang berisi buku-buku tentang perbankan dan juga umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun