Mohon tunggu...
Taufik H. Mihardja
Taufik H. Mihardja Mohon Tunggu...

Sehari-hari merawat Kompas.com dan Kompas TV

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tanpa Nenek, Lebaran Kian Hambar

13 September 2010   10:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:16 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di makam pun demikian. Orang berkerumun di banyak makam yang tersebar. Mereka adalah keluarga inti masing-masing yang ditinggalkan. Masing-masing keluarga berdoa untuk orang yang ada dalam kuburan di hadapan mereka, yakni orang tua masing-masing atau keluarga inti yang telah meninggal lebih dulu. Tidak ada lagi doa bersama oleh sanak saudara yang dipimpin oleh pak ustadz. Bahkan makam kakek, seperti tidak menjadi penting lagi. Demikian juga makam nenek, menjadi yang nomor dua didatangi setelah makam orang tua.

Makanan di rumahku juga tidak banyak lagi. Ketupat cukup hanya untuk keluarga inti, dan cukup untuk persediaan dua hari saja. Sebab, masing-masing keluarga sudah punya ketupat. Tidak ada lagi celoteh kangen-kangenan antarkeluarga. Keluarga yang jauh juga tidak datang ke kampung karena mereka di sana juga sudah punya anak-cucu, bahkan cicit. Sudah ada keluarga besar sendiri.

Karena itu pula, semarak lebaran hanya berlangsung pagi hari saja. Usai shalat ied, kita salam-salaman di mesjid, lalu bubar. Siang harinya, pas makan siang, sudah tidak ada lagi kegiatan mencolok yang menandai sebuah ritual lebaran. Padahal ini di kampungku sendiri. Usai sudah.

Hari lebaran yang dulu ditunggu-tunggu karena kesemarakannya, kini hambar sudah. Tidak ada lagi celoteh antarkeluarga besar, tidak ada lagi petasan yang saling bersahutan. Lodong sudah lama pula hilang karena bambu sudah susah dicari. Lebaran ini berlangsung begitu singkat.

Maka pada lebaran ini, untuk pertama kalinya saya tidak mengajukan cuti. Kebetulan dua hari lebaran, plus hari Minggu, menjadikan kita bisa libur tiga hari. Cukup. Pulang kampung sehari menjelang lebaran, dan kembali ke Jakarta pada hari Minggu. Hari Senin ini sudah bekerja lagi, termasuk mengetik "curhat" ini di Kompasiana.

Meski demikian, kita pasti akan tetap menantikan lebaran tahun depan, bukan? Bukan karena ingin berlebarannya sih, tetapi tentu saja karena kita ingin kembali bersua dengan bulan ramadhan, yang penuh berkah itu.

Semoga kita bisa bersua kembali dengan bulan ramadhan agar kita kembali mendapat berkah. Amiiin.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun