Maka muncullah kausalitas kecurigaan mereka kepada pemerintah dengan menuduh pemerintah sebagai Thagut dalam bahasa Islam, Sekuler, Liberal, Komunis sebagai bagian dari Islam Phobia yang mereka curigai sendiri. Alhasil Perseteruan di kalangan Elit politik baik yang berhaluan Islam maupun yang berhaluan Pemerintah semakin menegang terlebih di tahun politik ini.Â
Bahkan tidak jarang klaim masing masing menjadi tontonan sehari hari masyarakat Awam, bukan lagi menjadi Tuntunan sebagai Pemikir Islam (Ulama) atau sebagai Politisi Muslim. Perseteruan yang semakin hangat ini melupakan pada tujuan utama dalam kesepakatan bersama yang termaktub dalam konstitusi negara ini.
"Untuk Mewujudkan suatu pemerintahan negara  Indonesia, yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpa darah Indonesia. dan ikut memajukan kesejahteraan umum, yang mencerdaskan kehidupan bangsa.  dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang merdeka, bersatu Berdaulat adil dan Makmur"
Situasi yang tidak mengenakkan ini mendorong sejumlah aktivis dan pemikir pemikir Islam generasi selanjutnya mengembangkan format baru politik Islam. Interpretasi terhadap Islam mempengaruhi dan membentuk pemikiran baru komunitas komunitas di luar partai politik itu sendiri.Â
Antara Agama dan Politik merupakan bagian yang penting sebagai upaya melahirkan jalan keluar dari persoalan bangsa. hal ini begitu kental di tahun politik saat ini, di satu kubu menggandeng Tokoh Agama sebagai tandem dalam perjuangan politik. disisi lain mengatasnamakan ijtima' ulama sebagai tokoh agama di luar partai.Â
Sekaligus Tahun politik 2019 ini menjadi bukti konkrit bahwa Agama dan politik memang sejalan dan tidak bisa dipisahkan antara satu sama lain.
Bagaimana Islam dipahami dan  didialogkan dengan realitas keduniaan yang tidak lagi terpaku pada masalah teologi saja.Â
Merumuskan format format politik baru yang lebih sesuai dengan konteks spasial dan temporal Indonesia. Bagaimana Islam di tampilkan dalam bentuk yang paling objektif ketika berhadapan dengan lingkungan sosial keagamaan Indonesia yang terlanjur heterogin. sehingga nuansa ancamannya dapat di netralisir.
Dua dasawarsa kiranya sudahlah lebih dari cukup bagi para pemikir dan politisi politisi Islam, meskipun dalam perjalanannya terjadi gesekan gesekan tajam. bidang teologi, bidang politik birokrasi dan sosial masyarakat yang melahirkan warna baru dalam pentas politik Indonesia. 2019 menjadi momentum untuk bangkit lagi menjadi bangsa yang mandiri, berdaulat dan adil dan makmur.
Pengalaman menunjukkan apa yang terjadi merupakan sesuatu yang bukan bersifat orisinal akan tetap bersifat situasional. Â menjadi respon atas aktivis dan politisi bagaimana membangun jembatan antara Islam dan Politik.Â
Taufik Akbar Hasibuan
KAHMI PALUTA