Aku Terkadang Berpikir, Bukan Ini yang Aku Mau.
Ada kalanya aku duduk sendiri, menatap kosong ke depan, lalu muncul suara pelan di dalam hati:
"Apa benar ini jalan yang aku pilih?"
Bukan karena hidup terasa buruk, bukan pula karena aku tak bersyukur. Tapi karena jauh di lubuk hati, aku merasa...
"Bukan ini yang aku mau."
Antara Harapan dan Kenyataan
Hidup sering kali tidak berjalan searah dengan impian masa lalu.
Kita pernah punya rencana: ingin menjadi ini, tinggal di sana, bekerja seperti itu, bahagia dengan cara tertentu.
Tapi realita datang membawa hal lain.
Kadang lebih berat, kadang lebih sepi, kadang jauh dari gambaran indah yang dulu dibayangkan.
Lalu kita mulai bertanya-tanya:
"Apakah aku tersesat?"
"Apakah aku mengkhianati mimpiku sendiri?"
Bukan Ini yang Aku Mau... Atau Aku Belum Mengerti?
Saat kita merasa "bukan ini yang aku mau", bisa jadi itu bukan penolakan atas hidup,
tapi panggilan untuk lebih jujur pada diri sendiri.
Apa benar yang kita kejar selama ini berasal dari hati?
Atau hanya warisan dari ekspektasi orang lain?
Atau mungkin, ini memang jalan yang benar, hanya saja belum selesai dilukis warnanya?
Terkadang, apa yang kita anggap "bukan yang kita mau" justru menyimpan bentuk kebahagiaan yang berbeda---yang baru akan kita pahami nanti.
Kita Semua Pernah Ragu
Perasaan ini manusiawi.
Kita semua pernah ragu.
Pernah ingin berbelok, ingin berhenti, bahkan ingin mengulang dari awal.
Tapi hidup tidak selalu memberi pilihan itu.
Maka yang bisa kita lakukan adalah berhenti sejenak, menengok ke dalam hati, dan bertanya:
"Apa sebenarnya yang aku cari?"
Dan dari kejujuran itu, barangkali kita bisa menyusun ulang arah.
Atau justru menerima jalan yang sekarang, dengan cara yang lebih tenang.
Tak Mengapa Bertanya
Jika hari ini kamu merasa,
"Bukan ini yang aku mau",
tak apa.
Itu bukan tanda kamu gagal.
Itu tanda kamu sedang tumbuh, sedang menyadari hal-hal yang dulu belum kamu mengerti.
Kadang, yang kita mau bukan yang terbaik untuk kita.
Kadang, yang datang tanpa kita minta justru yang paling kita butuhkan.
Tetap melangkah.
Tetap jujur.
Karena dengan begitu, perlahan hidup akan menunjukkan:
kenapa kamu sampai di titik ini, dan ke mana kamu harus melangkah lagi.
Tapi Aku Selalu Mencoba Meyakini: Mungkin Inilah yang Terbaik yang Tuhan Pilihkan Untukku
Tidak semua hal dalam hidup berjalan seperti yang kita inginkan.
Ada keinginan yang tertunda, ada harapan yang tak terwujud,
ada jalan yang terasa memutar jauh dari rencana.
Kadang aku merasa kecewa. Kadang aku lelah. Kadang aku menangis dalam diam,
mencoba memahami: "Kenapa harus begini?"
Namun di tengah rasa tak pasti itu, aku belajar satu hal penting---
untuk tetap menyisakan ruang percaya:
mungkin inilah yang terbaik yang Tuhan pilihkan untukku.
Keyakinan yang Tumbuh dari Luka
Keyakinan bukan selalu datang dari rasa kuat.
Seringkali ia tumbuh justru dari kegagalan demi kegagalan,
dari patah yang tak terhitung jumlahnya,
dari perasaan kehilangan arah yang terlalu sering datang tiba-tiba.
Tapi di balik semua itu, ada kesadaran yang pelan-pelan mengakar:
bahwa Tuhan tidak pernah keliru menempatkan kita.
Barangkali bukan seperti yang kita minta, tapi seperti yang benar-benar kita butuhkan.
Apa yang Terbaik Versi Tuhan
Versi terbaik menurut kita adalah yang mudah, cepat, dan sesuai keinginan.
Tapi versi terbaik menurut Tuhan adalah yang menumbuhkan jiwa,
yang memurnikan niat,
yang menguatkan langkah kita untuk perjalanan yang lebih panjang.
Bahkan jika hari ini terasa berat,
bahkan jika pintu yang kita ketuk tak juga terbuka,
Tuhan tidak sedang menghukum---Dia sedang menyiapkan.
Belajar Menerima, Bukan Menyerah
Meyakini bahwa ini yang terbaik bukan berarti pasrah buta,
bukan pula menyerah tanpa usaha.
Tapi bentuk tertinggi dari penerimaan---
yang lahir dari usaha maksimal dan doa yang tak pernah putus.
Ini tentang meletakkan semua rencana di tangan-Nya,
dan tetap berjalan walau belum melihat ujungnya.
Karena hati yang yakin akan tetap kuat, bahkan saat tak tahu harus ke mana.
Yakin Itu Pilihan, Bukan Kebetulan
Setiap orang punya masa ketika merasa ragu,
ketika hidup tak sesuai ekspektasi,
ketika semua terlihat lebih gelap daripada yang dibayangkan.
Tapi di tengah itu semua, aku ingin tetap memilih percaya:
Tuhan sedang bekerja dalam senyap,
dan mungkin, justru inilah jalan terbaik yang kupunya.
Aku belajar meyakini,
bukan karena semuanya terasa mudah,
tapi karena aku percaya:
Tuhan selalu tahu cara mencintai hambanya---lebih dari yang hambanya tahu mencintai dirinya sendiri.
Sebab Aku Tak Akan Pernah Benar-Benar Tahu, Kebahagiaan Apa yang Diam-Diam Sedang Menantiku di Depan
Aku pernah merasa lelah.
Bukan hanya karena langkah yang panjang, tapi karena aku tak tahu---
sedang menuju ke mana sebenarnya.
Aku pernah merasa ingin menyerah.
Bukan karena tak ingin berjuang,
tapi karena yang kuharapkan tak kunjung datang,
dan yang datang tak pernah benar-benar aku inginkan.
Tapi di tengah semua itu, aku mencoba tetap berjalan.
Bukan karena aku tahu ujungnya,
tapi karena aku percaya---
ada kebahagiaan yang diam-diam sedang menantiku di depan.
Harapan yang Tenang
Hidup sering kali terasa seperti teka-teki yang tak lengkap.
Potongan-potongannya tercecer,
dan kita tak pernah benar-benar tahu
apakah semua akan menyatu menjadi sesuatu yang indah.
Tapi justru karena itulah kita belajar berharap.
Bukan dengan gegap gempita,
melainkan dengan tenang, perlahan, dan diam-diam.
Karena kebahagiaan sejati,
kadang datang bukan dari apa yang kita buru dengan keras,
tapi dari apa yang kita rawat dengan sabar.
Kita Tidak Tahu, dan Mungkin Memang Tidak Perlu Tahu
Kita tidak tahu kapan hati ini akan kembali penuh.
Kita tidak tahu kapan luka ini akan sepenuhnya sembuh.
Kita tidak tahu kapan pelukan yang kita tunggu akan benar-benar datang.
Tapi mungkin memang kita tidak perlu tahu.
Mungkin yang perlu kita lakukan hanyalah tetap hidup dengan jujur,
melangkah dengan ikhlas,
dan menerima hari ini seutuhnya---tanpa terburu-buru mencemaskan hari esok.
Karena Tuhan Sering Menyembunyikan Hadiah Terindah di Tikungan yang Sepi
Apa yang terlihat seperti kehilangan hari ini,
bisa jadi adalah pembuka jalan menuju sesuatu yang lebih baik.
Apa yang tampak seperti penundaan,
bisa jadi adalah penyelamatan dari sesuatu yang belum kita sanggupi.
Dan apa yang terasa seperti jalan buntu,
bisa jadi adalah tempat Tuhan sedang memutar arah kita---
menuju versi kebahagiaan yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Mari Terus Melangkah
Aku tahu, tidak selalu mudah untuk tetap berharap.
Apalagi ketika semua terasa gelap, sunyi, dan lambat.
Tapi jika hari ini kamu merasa ingin berhenti,
ingatlah satu hal:
Kita tak akan pernah benar-benar tahu,
kebahagiaan apa yang diam-diam sedang menanti kita di depan.
Dan siapa tahu---esok pagi, semuanya akan berubah.
Menunggu Waktu yang Tepat untuk Hadir
Ada kalanya, kita merasa sudah siap.
Siap mencinta. Siap menerima. Siap memberi yang terbaik.
Tapi kenyataan berkata lain---yang kita tunggu belum tiba,
yang kita rindu belum mendekat,
dan yang kita doakan belum juga menjadi nyata.
Lalu kita bertanya dalam hati,
"Kenapa harus menunggu selama ini?"
Jawabannya bisa jadi sederhana:
karena belum waktunya.
Hadir Itu Bukan Sekadar Ada
Kehadiran yang bermakna bukan tentang cepat atau lambat,
tapi tentang kesiapan untuk benar-benar hadir---utuh.
Karena kadang kita bisa datang terlalu cepat,
saat diri belum cukup dewasa,
saat luka belum selesai dibersihkan,
dan akhirnya hanya menambah luka baru dalam cerita yang seharusnya indah.
Menunggu bukan berarti diam tanpa arah.
Menunggu adalah bagian dari bertumbuh.
Menunggu adalah waktu untuk menyiapkan diri,
agar saat hadir, kita tak lagi setengah.
Waktu Punya Caranya Sendiri
Waktu tak pernah salah.
Kita saja yang sering terburu-buru.
Kita ingin segala hal terjadi sesuai keinginan,
padahal hidup punya skenarionya sendiri.
Ada hal-hal yang harus kita lewati dulu:
kesepian, penolakan, kekecewaan,
agar kita tahu cara menghargai ketika akhirnya diberi yang layak.
Kadang, justru yang terbaik datang setelah semua rencana gagal.
Setelah semua keinginan patah.
Dan pada titik itu kita sadar---
Tuhan memang tahu kapan waktu yang tepat untuk segalanya.
Datanglah Saat Siap untuk Benar-Benar Ada
Menunggu bukan berarti tidak dicintai.
Menunggu bukan berarti dilupakan.
Bisa jadi, kamu sedang dijaga dari sesuatu yang belum siap kamu hadapi.
Bisa jadi, kamu sedang dipersiapkan untuk hal yang lebih baik dari yang kamu minta.
Jadi tak perlu khawatir.
Tak perlu mendesak waktu.
Ketika semua telah cukup---jiwa, hati, dan niatmu---
maka apa yang memang untukmu akan datang...
tepat waktu.
Karena hadir itu bukan soal siapa yang datang duluan,
tapi siapa yang datang dengan kesiapan untuk tinggal.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI