Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Manifestasi Sedekah Kerohanian

26 November 2021   16:12 Diperbarui: 26 November 2021   16:24 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: @pieu_kamprettu

Sudah pasti kita ketahui bersama jika zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Zakat sering diartikan umum sebagai suatu tindakan memberi sesuatu kepada orang fakir miskin. 

Kegiatannya sering kita sebut sebagai sedekah. Tujuan zakat itu sendiri sebenarnya bukanlah untuk membantu yang memerlukan karena kita hanyalah tangan kanan Allah Yang Maha Pemberi, akan tetapi supaya niat baik si pemberi zakat atau sedekah itu diterima oleh Allah.

Ada banyak cara agar kita dapat melakukan sedekah, bahkan ketika kita tidak memiliki sesuatu apapun untuk diberi, maka sebuah senyum tulus dan ikhlas bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk sedekah. Itu semua merupakan sesuatu yang mampu dinilai melalui pandangan wadag, lalu adakah sedekah itu dilakukan dengan wujud yang lain?

Dalam majelis wirid dan sholawat Selasan Maneges Qudroh yang malam ini menapaki putaran ke-101 yang diadakan di Panti Fatimah Az-Zahra, Dusun Ngroto, Mertoyudan, sesungguhnya ada sesuatu yang sedikit banyak menarik perhatian. 

Dalam langkah pertama putaran ratusan ini, banyak yang bisa dijadikan refleksi atau cerminan pada puluhan langkah sebelumnya. Ada suatu hal yang selalu ingin diberikan atau diperembahkan di tiap langkah yang ditapaki bersama dalam Selasan.


Konsep memberi sendiri sebenarnya hampir sama dengan sedekah, akan tetapi dalam kegiatan kolektif dan berjamaah ini, yang diberikan bukanlah materi, melainkan hal-hal yang bersifat spiritual. Ada muatan rohani dengan energi lebih, sehingga dulur-dulur dalam Selasan selalu mempersembahkan lantunan-lantunan doa dan puji-pujian sebagai bentuk kasih sayangnya kepada Sang Maha Asih.

Sama seperti yang menjadi tujuan di zakat awal, bahwasanya persembahan ini bukanlah untuk membantu Sang Maha Penolong. Karena kita yang membutuhkan pertolonganNya, pada akhirnya kita sendirilah yang akan mendapatkan manfaatnya. Dan manfaat itu tidak bisa dirumuskan dan dijadikan standar, sebab kebutuhan seseorang juga berbeda-beda bergantung pada masing-masing niatnya.

Apabila kita banyak waktu membersamai dulur-dulur ini, kita bisa melihat betapa baik dan taatnya para hambaNya. Betapa hasrat yang diwujudkan adalah ganjaran kerohanian yang diharapkan mampu menjadi reward atas segala bentuk persembahan atas peribadatan ataupun ketaatan mereka kepada Yang Maha Memberi Kehidupan.

Tuhan sama sekali jelas tidak membutuhkan segala bentuk peribadatan yang para hamba-hambaNya lakukan, melainkan mereka sendirilah yang membutuhkan. 

Lantas dengan kemurahan hatiNya, banyak hal telah disembunyikan atau bahkan ditutup dosanya sebagai salah satu balasan atas kebaktian yang dlakukan para hambaNya. 

Atau tidak sedikit untuk dituntun lebih dekat dan mesra kepadaNya, hingga tidak ada sesuatu apapun lagi yang dimilikinya. Tidak ada kebutuhan atas kebaikan yang dilakukan, bahkan tidak ada harap sekalipun itu untuk kehidupannya di masa yang akan datang.

Rasulullah Saw. bersabda, "Orang yang membelanjakan semua yang dimilikinya dan tidak berharap untuk memiliki apa-apa berada di dalam penjagaan Allah di dunia dan akhirat." Atau dalam kegiatan sholawatan seperti dalam Selasan, kita tentu juga mengetahui bahwa Kanjeng Nabi juga bersabda, "Barangsiapa bersholawat kepadaku satu kali, niscaya Allah bersholawat kepadanya sepuluh kali."

Keutamaan lain yang bisa didapatkan dari kegiatan sedekah adalah penyucian diri, terutama untuk memisahkan diri dari sifat-sfat ego yang kurang baik. Dan pada akhirnya, apa yang dilakukan dalam Selasan juga merupakan salah satu upaya bersama untuk mencapai sedekah batin (kerohanian). "Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu." (91:9)

Betapa nikmat dan syukurnya dulur-dulur Selasan sebenarnya mampu banyak mengalami kebaikan dan kemurahan itu. Seperti yang nampak selepas acara utama, rona kebahagiaa dulur-dulur saling mencerahkan dengan pilihan sajian dari tuan rumah, sembari rembug bersama untuk mempersiapkan agenda kebahagiaan berikutnya.

***

Panti Fatimah Az-Zahra, 9 November 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun