Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meneguhkan Cinta Supaya Tidak Mudah Terombang-ambing oleh Keadaan

19 Juni 2021   08:17 Diperbarui: 19 Juni 2021   08:24 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto oleh @pieu_kamprettu

Terakhir adalah giliran Mas Iwa atau juga sering dipanggil Gus Iwa, karena beliau juga memiliki sebuah pondok di daerah asalnya Jampang, Sukabumi, Jawa Barat. Mas Iwa ini seringkali silaturrahmi ke Magelang. Sampai-sampai, Mas Iwa menyatakan bahwa sebagian sejati dirinya berada disini.

Mas Iwa awalnya menceritakan bahwa dirinya sudah puasa memegang microphone selama kurang lebih 2 tahun. Tentu saja hal itu dilakukan bukan tanpa sebab. Tapi apapun itu, tentu saja laku menahan diri tetap menjadi sesuatu yang tidak mudah. Terlebih dalam kepungan zaman yang seolah selalu mengajak untuk berdebat dan menyuarakan sesuatu. Oleh karena itu, Mas Iwa pada akhirnya menemukan padanan yang tepat untuk melihat zaman yang menurutnya serba semrawut, yakni maklum.  Mencoba memaklumi setiap apapun yang terjadi. Dan mudah-mudahan selalu bisa menjadi pengingat terutama bagi diri.

"Rumusnya mudah, ketika kita mulai berharap pada makhluk, kita mesti siap untuk kecewa." kata Mas Iwa. Dalam keadaan ombang-ambing atau ketidakjelasan arah seperti ini, Mas Iwa menegaskan bahwa Allah sepertinya ingin mengajak kita untuk lebih mempresisikan diri dan menghitung kembali setiap langkah yang akan kita lakukan.

Apapun yang diciptakan itu memiliki pola. Dalam khasanah Jawa atupun Sunda, Menurut Mas Iwa, kita sudah memiliki hitung-hitungan yang sudah akurat. Bahwa karena terlalu sungguh-sungguhnya Allah menciptakan alam semesta, dalam pandangan kita yang masih awam, ternyata semua itu teratur dan berpola.

Mas Iwa kemudian juga bercerita tentang bagaimana persambungannya dengan Alm. KH. Muzzammil dan Mas Pujianto. Mas Iwa mengatakan bahwa berpulangnya kedua orang dekatnya itu masih terasa awang-awang. Tapi bagaimanapun kondisinya, Allah-lah yang berkuasa atas segala sesuatu. "Dan begitulah hidup." ujarnya. Salah stu pesan dari Mas Iwa, karena parameter kehidupan saat ini tidak jelas, maka ketika kita hidup di zaman seperti ini (terombang-ambing), salah satu yang harus dikuatkan adalah membina hubungan baik terutama kepada orang-orang yang telah meninggal.

Niat Kebersamaan Tidak Menjadi Tanda Perpisahan

Sebelum memasuki sesi terakhir, yakni tanya jawab. Sebuah sajian hiburan diberikan oleh adik kecil bernama Pribumi Daya Langit, bersama ayahnya. Daya, nama panggilannya, menampilkan sebuah puisi yang diiringi petikan gitar langsung oleh Sang Ayah. Darah seni dan budaya nampaknya menurun ke putranya tersebut, suguhan puisi Daya mampu membuat suasana seperti lebh hidup. Pun ketika Daya melanjutkan dengan sebuah lagu, setelah puisi usai terlantun.

Moderator kemudian mulai menawarkan respon atau pertanyaan kepada dulur-dulur yang datang. Mas Muchlis lekas mengangkat tangannya dan mengajukan sebuah tanya. Kurang lebuh Mas Muchlis menanyakan tentang kaitan antara sabar dan syukur, dan mana yang lebih baik menurut Gusti Allah. Serta sebuah tanya mengenai bagaimana mengkonfirmasi sebuah perbuatan itu bermanfaat atau tidak?

Pak Adi sebagai moderator langsung meminta Pak Amron untuk merespon pertanyaan dari Mas Muchlis. Pak Amron menyampaikan bahwa yang nantinya menjadi sebuah manfaat atau tidak itu ukurannya ketika nafsu diri kita menjadi semakin bertambah berat. Padahal, apapun yang kita lakukan asalkan dengan niat yang baik, pasti akan bermanfaat di waktu yang tidak bisa kita pastikan kedatangannya.

Pertanyaan berikutnya datang dari Mas Aam, menanggapi apa yang telah disampaikan oleh Mas Iwa dari terutama atas pemakluman yang keadaan yang kita alami sekarang, apakah itu berarti kta sedang diperingatkan, dihukum, atau istidraj (dibiarkan)?

Mas Iwa menanggapi bahwa yang pertama, nahwa dari yang namanya risalah dan nubuwah sampai akhir zaman akan tetap ada; Yang kedua, risalah atau nubuwah tersebut turun ke dunia, dia butuh sebab atau media. Seseoran yang dilantik mendapat amanat untuk menjaga risalah atau nubuwah, Mas Iwa bercerita pasti akan mengalami keadaan ditinggal oleh orang-orang terkasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun