Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Oleh karena Kata-kata

23 Maret 2021   16:22 Diperbarui: 23 Maret 2021   16:35 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ArtStudio Lukis - Rambeanak, Mungkid / dokpri

Nampak wajah-wajah dari dulur-dulur serius mencari sesuatu di kedalaman dirinya melalui lantunan kata-kata yang disyairkan. Lantas, terbesit sebuah pertanyaan, mengapa kita harus mencari apabila sudah ditemukan? Mengapa kita harus merangkai begitu banyak kata apabila kita sudah mengetahui keindahan?

Kemana kita akan tertuju, apakah bisa begitu saja diketahui tanpa adanya kata-kata atau lisan? Bisakah kita dengan sendirinya melakukan pencarian tanpa didasari dengan dunia imajinasi hasil olahan kata dan lisan? Yang mana dunia imajinasi itu terbentuk dan dibentuk oleh rangsangan-rangsangan yang ditangkap oleh indra kita. Tetapi tujuan itu tidak akan pernah tercapai hanya dengan kata-kata.

Apa gunanya segala bentuk perjuangan untuk mendapati sesuatu dan juga segala bentuk pemusnahan diri untuk mendapati kesejatian, apabila semua itu dapat terwakilkan hanya dengan kata-kata. Namun, sebaliknya, kita tidak akan pernah terangsang untuk lekas mencari tanpa adanya kata-kata. Karena itu merupakan salah satu wujud manfaat dari adanya kata-kata.

Selasan yang sudah berada pada putaran ke-67 ini pun tak ubahnya menjadi salah satu proyeksi ruang akan kata-kata. Bagaimana tidak? Rutinitas mingguan ini selalu saja melakukan hal yang sama. Berwirid dan bersholawat bersama yang tidak hanya terbaca, namun sebagian besar sudah hafal kata-kata yang tertulis dalam buku panduan Wirid Munajat Maiyah.

Bedanya hanya hajat yang sering diuangkapkan oleh tuan rumah acara karena rutinitas ini selalu berpindah-pindah tempat tiap minggunya. Seperti halnya pada kesempatan ini, yang diadakan di Dusun Rambeanak -- Mungkid (kediaman Mas Arif), disampaikannya sebuah hajat sebelum melakukan penanaman bibit padi agar nantinya bisa diperoleh hasil dan manfaat seperti yang diharapkan Mas Arif dan keluarga.

Dengan segala kata yang terucap, terlebih dengan kesungguhan dan keseriusan, pasti akan secara otomatis tercipta gambaran-gambaran yang tervisualisasi di alam pikiran. Terlebih dengan kedalaman makna akan kata-kata yang terucap dalam rangkaian wirid dan sholawat, tentu akan dengan sangat mudah mendatangkan situasi katarsis pada diri tanpa kita sadari.

Tentu saja dari kata-kata itu sudah banyak kenikmatan yang didapat utamanya dalam kebersamaan ini. Akan tetapi, kebersamaan itu tidak terhenti dan akan selalu lebih luas. Sehingga pasti akan memercikkan potensi percikan yang awalnya berasal dari bagian yang terpisah. Selalu ada eksperimen tambahan bumbu dari segala sesuatu yang baru. Misalnya saja, ketika disediakan kopi dan teh, sudah dapat dipastikan dulur-dulur akan mengambil sesuai dengan seleranya.

Kopi dan teh tersebut adalah salah satu contoh dualitas akan kata-kata yang merangsang orang yang datang tidak hanya segera mencarinya, akan tetapi sudah dapat dipastikan akan langsung mengambilnya sebelum mendapatkan tempat duduk yang nyaman. Kopi dan teh itu bagaimana jika diproyeksi menjadi kenikmatan batin, layaknya cinta, persaudaraan, keimanan? Manakah yang akan kita ambil?

Kata-kata memang akan memberitahu banyak makna yang akan menuntun kita untuk mencari. Tapi disisi yang bersamaan, kata-kata juga akan semakin memperjelas perbedaan yang mungkin akan terjadi. Setiap manusia juga akan memilih seuai dengan selera pilihannya masing-masing.

Melalui Selasan dan kebersamaan yang dibangun, kata-kata yang selalu terucap membuat kita lebih sadar akan perbedaan dalam kebersamaan. Akan tetapi, hanya dengan memahami perbedaan itulah pada akhirnya kita memenuhi syarat untuk menyatu. Bukankah selera dan imajinasi kita saat mengucap kata-kata tidak akan mungkin bisa disamakan? Apakah kelak di dunia berikutnya kita juga masih bingung terhadap dualitas makna akibat kata-kata?

Kata-kata pada akhirnya akan melahirkan suatu upaya atas hasil pemaknaan yang telah tertangkap oleh indra diri. Selasan yang dipenuhi dengan wajah-wajah yang sendu itu, sekiranya ada satu wujud yang tergambar ataupun terimajinasi yang menyatakan bahwa tidak ada tujuan lain selain menghambakan dirinya hanya untuk Allah Swt dan Muhammad Saw.

Selasan malam hari ini pun berakhir sekitar pukul 23.00 WIB. Selanjutnya, kita disajikan oleh tuan rumah satu frasa kata "sego megono" yang dinikmati bersama-sama sebelum masing-masing dari kami ijin kembali pulang satu persatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun