Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kedewasaan yang Seimbang

9 Januari 2021   23:46 Diperbarui: 10 Januari 2021   00:12 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dewasa secara hakikat pernah didapati dalam maiyah, Mbah Nun pernah berpesan bahwa dewasa merupakan keseimbangan batin, yakni memiliki banyak pengetahuan dan penerimaan dalam membaca wujud-wujud kewajaran sosial, serta mengutamakannya di atas kewajaran pribadi. Oleh karena itu, dewasa lebih bersifat arif (mengetahui ke dalam) sebagai wujud pembelajaran diri. Kalaupun dewasa dimaknai sebagi sesuatu yang 'alim (mengetahui secara meluas), perlu kelengkapan sifat hakim (kebijaksanaan).

Mbah Nun pernah mengatakan bahwa semoga kita diberi perlindungan dari orang-orang 'alim yang tidak bijaksana. Karena lebih baik baik dipimpin oleh orang yang dianggap bodoh tapi bijaksana daripada yang 'alim tapi tidak bijaksana.

Lalu, terdapat dewasa yang makrifat. Intisari nilai kedewasaan dengan konteks makrifat ini juga didapati dari Mbah Nun, bahwa dewasa merupakan kebesaran jiwa serta memadainya wawasan pada suatu pihak yang bersalah dan bisa melihatnya akan menjadi suatu hikmah. Karena apapun kebenaran yang dimiliki manusia memiliki batas atau limitasi. Efeknya akan dapat dilihat dari kebiasaan untuk lebih memilih opsi untuk memaafkan daripada membalasnya. Kalaupun terbesit rasa membalas itu pun karena kelemahan dan ketidakberdayaan, dengan penuh pertimbangan dan kesadaran akan dipasrahkan kepada Allah Swt. yang sejatinya memiliki dirinya.

Dan yang terakhir dari dewasa secara spiritual adalah sikap dewasa yang penuh dengan cinta. Tapi cinta disini lebiih mengarah ke kebiasaan menahan diri atau menggunakan prinsip puasa. Dengan prinsip puasa, kita tidak secara otomatis dan naluriah menuruti keinginan. Kita mengenal perhitungan, sopan santun, dialektika hubungan, dan masih banyak lagi. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan kembali sebelum mengambil suatu keputusan. 

Setidaknya beberapa pengklasifikasian di atas merupakan hasil tadabbur sendiri atas ilmu-ilmu yang banyak berceceran dalam maiyah. Ketika saya memunguti ilmu-ilmu tersebut, saya hanya mencoba untuk menata agar lebih mudah untuk dipelajari dan dipahami susunan dan wilayah-wilayahnya bagi para pejalan maiyah yang lain.

Sebenarnya tidak ada ilmu yang hasilnya tidak memudahkan, namun kita banyak mendapati bahwa pengetahuan ilmu sendiri berbeda dengan pengetahuan data yang bisa diidentifikasi dengan nilai atau skor. Berbicara mengenai ilmu mungkin sangat mudah, namun yang menentukan keberhasilan diri dari memahami sebuah ilmu bukanlah nilai atau skor dari orang 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun