Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ke Mana Wakil Rakyat?

24 April 2020   15:45 Diperbarui: 24 April 2020   17:49 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
unsplash-Marco Oriolesi

Mungkin saya atau sebagian dari orang saja yang terlalu berprasangka negatif terhadap wakil-wakil rakyat yang telah dipilih. Pesta pemilihan itu kurang lebih diadakan setahun lalu dengan gegap gempita informasi para calon wakit rakyat yang menjenuhkan dan membosankan. DI jalan-jalan semua terpampang muka-muka yang rela mengorbankan tenaga dan hartanya untuk menjadi pembela rakyat.

Katanya ada lembaga bernawa Dewan Perwakilan Rakyat. Tapi, disaat seperti ini apakah ada mereka mengejar terus kepala pemerintahan untuk lebih tegas dalam membuat kebijakan karena ini berkaitan dengan nyawa para rakyat. Bukan hanya membuat heboh kami yang diwakilkan dengan menikam kami dari belakang dengan RUU tentang korupsi, yang seolah ruang gerak KPK yang juga rakyat percaya menjadi terbatas. Adakah kalian berani menjadi sebenar-benarnya wakil?

Kalian hidup dengan gaji dari rakyat berpuluh-puluh juta, tapi sekali bencana pandemi ini datang, kemana kalian? Situasi semakin sedikit lepas dari kendali. Tak sedikit dari kami telah kehilangan mata pencaharian atau berkurang pendapatan harian kami karena keijakan atas pandemi. Sedang kalian yang mewakili kami, tak sedikit berpengaruh pendapatan yang masuk dan justru mendapat keringanan untuk bekerja dari rumah. Work From Home. Di rumah saja!

"Dirumah saja ndasmu!" Saya suka dengan ketulusan kata yang ditulis oleh Simbah tersebut. Himbauan-himbauan untuk tetap dirumah saja tidak diimbangi oleh skala kebijakan yang mampu mengakomodir segala pihak yang terkait, terutama dalam kawasan dan wilayah tertentu. Terlebih yang seharusnya menjadi prioritas kebijakan adalah para rakyat kecil. Kalaupun ada perbandingan porsi keuntungan, seharusnya mereka yang lebih mendapatkan keuntungan.

Para wakil rakyat memang bertugas melayani rakyat. Tapi mereka sekarang seolah bersembunyi, sedang rakyat mengais-ngais mencari penghidupan. Sedang rakyat kecil mesti bertaruh nyawa hanya untuk mendapatkan penghidupan bagi keluarga tercinta. Wakil rakyat semestinya sanggup menekan pemerintah agar tidak bertele-tele dalam menangani wabah pandemi.

Tapi, tidak sepenuhnya ini merupakan salah pihak-pihak tertentu. Hanya saja kita terlalu nyaman dengan sistematis dari pemilihan wakil sampai betul-betul memahami posisi serta tanggung jawab yang diberikan. Berikut efek-efek yang terus menjadi siklus pembodohan yang tak pernah bisa dibenahi begitu saja.

Kita hanyalah bagian dari ketidakberesan yang sadar akan struktur dan sistem tanggung jawab dalam menjaga amanah yang diberikan oleh rakyat. Begitu pun dengan rakyat, jangan mau begitu saja dipakai sebagai alat atau kendaraan politik pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan kekuasaan. Sayangnya, salam tempel sudah menjadi tradisi dan jurus yang jitu untuk mendapatkan jabatan yang diinginkan.

Jadi, beruntunglah mereka yang tidak memilih para wakli rakyat. Setidaknya, saat ini mereka merasa tidak dikecawakan karena sekalipun tidak pernah menggantungkan harapan terhadap mereka. Sudah tidak ada lagi yang bisa diandalkan, semua menyelamatkan diri di rumah disaat mereka mendapat kepercayaan dari sebagian masyarakat yang masih menjadi pengikut setianya.

Kita tidak pernah bisa membereskan segala persoalan yang ada. Selama ini generasi  yang dicipta hanyalah generasi-genarasi penerus. Jika pun sadar akan perjuangan yang panjang,kita tidak akan pernah bisa langsung menjadi generasi pembaharu. Setidaknya, kita menjadi generasi yang sadar yang bisa dilakukan hanyalah menciptakan para generasi yang lebih bersahaja dan bijaksana. Tidak hanya sebagai generasi penerus. Namun, juga sebagai generasi pembaharu. Yang berani dan tegas untuk lebih memberikan perhatian kepada rakyat yang butuh dibela.

Kemana sih, wakil rakyat? Yang suka bikin sensasi! Kok, tiba-tiba hilang suaranya? Apa perlu kita bikin spanduk bertuliskan "DICARI, WAKIL RAKYAT!"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun