Atau mungkin menjadi sekutu "Siti Jenar" yang datang dengan melamar "kematian". Hingga kesadaran "ketika Aku datang, sebenarnya Tuhanmu-lah yang datang" telah tertanam. Sekali lagi, jika pandangan masih terbatas pada figur-figur tertentu, sebenarnya kita hanya mencari pembenaran bukan kebenaran.
Mereka atau kita sebagai manusia secara tidak sadar akan lebih tertarik dengan kompetisi, daripada mengutamakan kebersatuan. Semua berebut kebenaran daripada manunggal, menyatu, nyawiji kepada Sang Maha Entah! Kecuali jika kamu mengganti arah roji'un diam-diam dari innalillahi menjadi inna fii-dunya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!