Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Isyarat tentang Sesosok Ayah

13 November 2019   16:14 Diperbarui: 13 November 2019   16:49 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sehari sudah hari ayah telah berlalu, namun itu sebatas momentum karena di setiap waktu kata ayah akan selalu melekat dalam ucap ataupun pandang. Berbicara mengenai ayah, mungkin saya memiliki rekomendasi bagus bagi yang suka menonton serial drama, berjudul "The Great Show". Yang mungkin akan lebih memberikan gambaran tentang citra seorang ayah. 

Terlepas apapun pekerjaannya, waktu, komunikasi, ataupun yang lebih ekstrem ke hubungan tanpa darah. Sebagai seorang anak, kita wajib alih-alih mencintainya, pun harus tetap menghormatinya.

Bukankah sudah pasti manusia memiliki sosok ayah? Karena kita bukan Adam as, Hawa as, ataupun Nabi Isa as.

Ayah sudah pasti tidak tergantikan, namun jika konteksnya sesosok ayah, akan sangat mungkin seseorang tidak hanya memiliki satu ayah. Peran ayah tidak hanya sebatas kepala sebuah keluarga, seorang nahkoda yang menentukan arah perahu rumah tangganya menuju suatu tujuan. Yang harus siap melawan dahsyatnya badai yang pasti akan menerka di tengah samudera kehidupan. Tanggung jawab dan kebijaksanaan seorang nahkoda sangat dibutuhkan agar tercipta kerjasama yang baik dan suasana yang harmonis.

Ayah tidak hanya berkewajiban untuk menyediakan nafkah demi bahan bakar untuk mengarungi sebuah perjalanan. Nafkah itu sendiri tidak hanya sebatas materi/kebutuhan jasad, melainkan juga berhubungan dengan kebutuhan psikis/batin yang akan membentuk mental anggota keluarganya. 

Dari sudut pandang ini, memungkinkan seorang anak akan menemukan sosok pengganti ayahnya, terlepas dari faktor apapun dan berbagai macam kompleksitas masalah. Mau tidak mau, anak atau bahkan setiap manusia sudah dapat dipastikan akan selalu mencari penghidupan demi kehidupannya.

Masalah pasti akan datang demi mempererat suatu hubungan cinta antara anak dan ayahnya. Meskipun tidak semuanya mampu bertahan untuk tetap berada di perahu yang sama. 

Terkadang, ketika perahu yang dikendalikan ayah mulai goyah, seorang anak yang sudah dewasa memiliki keputusannya sendiri, memiliki cara berfikirnya sendiri. Bahkan jika sang Nahkoda menyuruhnya untuk melompat, si Anak yang sudah dewasa tak segan untuk lekas melompat ke samudera kehidupannya sendiri. Ketidakpatuhan akan perintah sudah pasti akan melekat bagi yang melompat, terutama bagi mereka yang masih tetap bertahan di sebuah perahu.

Fakta atau kenyataan akan menjadi sebuah prasangka bagi setiap manusia yang melihatnya. Dan semua orang bebas untuk memiliki penilaiannya sendiri yang pasti akan mengambil manfaat atau pelajaran dari apa yang dilihatnya. Akan tetapi, fakta bukan berarti kebenaran, kebenaran pun tidak selalu menampakkan diri sebagai sebuah fakta. Semua akan mendapatkan bagiannya masing-masing sesuai dengan apa yang sanggup mereka tangkap.

Sebuah pembelajaran tentang kehilangan seolah menjadi tawaran dari Tuhan yang tak sanggup ditolak, baik oleh Sang Ayah maupun Sang Anak. Oleh kematian,ataupun sesuatu yang lain. Dan semestinya hal tersebut tidak menghilangkan cinta, bahkan tali silaturrahmi di antara keduanya. Sekalipun terputus, pastikan itu karena Tuhan karena kamu telah berusaha untuk tetap menghargai, menghormati, bahkan mencintai.

Terlebih bagi seorang Ayah, sekalipun anak itu sudah dewasa, dia akan merasa tersesat dalam ketidakjelasan arah, bahkan belum tentu anak itu sanggup berenang atau menyelami samudera untuk dapat merakit perahunya sendiri. Kerana apa yang mampu membuat manusia hidup yang utama bukanlah mengenai makanan ataupun kehidupan yang layak, namun yang membuat manusia itu tetap hidup adalah cinta dan kasih sayang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun