Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sama-sama (Meratapi) Bahagia!

12 November 2019   16:15 Diperbarui: 12 November 2019   18:29 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari belakangan, siang-siang nampak ramai sekali cibiran tentang cuaca yang terik dan hawa yang panas. Selang beberapa jam kemudian, ketika mendung mulai menyapa. Cibiran itu seketika berubah drastis menjadi keresahan akan guyuran hujan yang mungkin menjadi ancaman serius bagi mereka. Apa benar, jika manusia salah dalam memahami wujud keinginannya?

Ya, diantara cibiran-cibiran yang bergentayangan tersebut.  Dan secara otomatis bagi para pria, kancing baju mereka buka sebagian atau seluruhnya untuk mengakali hawa yang gerah. Terlebih tidak ada air sama sekali untuk diminum untuk membasahi lidah yang mengering. Rokok pun seharusnya semakin menambah kering kerongkongan. Namun, Bewol justru terlihat asyik meratapi kebahagiaan yang menyejukkan bersama Labib dan Tiyono. Apa yang mereka bicarakan sehingga tak terbesit sama sekali dengan keadaan yang seharusnya tidak mengenakkan tersebut?

"Kamu kapan mau nyusul nikah?" kata Labib kepada Bewol.Sebuah pertanyaan umum yang pasti terdengar setelah menghadiri acara resepsi pernikahan.

"Kalau aku santai, Bib. Kamu duluan aja kalau sudah keburu pingin nikah." Jawab Bewol santai.

"Permasalahannya gini, Wol... beberapa minggu kedepan aku dapat kabar kalau orang yang aku cinta akan segera menikah, hahaha..." Tawa Labib yang berasa pahit.

"Nah itu, kamu benar-benar sedang diuji oleh cinta. Tinggal derita atau bahagia yang akan kau pilih untuk menghadapi waktu yang mungkin akan segera menyayatmu, Bib." Tegas Bewol nampak sedikit serius.

Labib pun menepuk pundak si Tiyono semberi berkata, "Makanya itu aku sedang banyak berguru kepada Mas Tiyono yang mungkin sudah banyak pengalaman tentang kekecewaan."

"Kalau kalian kecewa terhadap kebahagiaan yang sedang dialami oleh orang yang kalian cinta, berarti ada yang salah dengan perasaan cinta kalian." Jawab Tiyono sembari cengingisan, sebuah senyum yang menggambarkan bahwa seseungguhnya lubang-lubang kekecewaan itu pada akhirnya akan terasa manis.

Sepertinya, sudah nampak tema pembicaraan yang membuat mereka sedikit lupa terhadap keadaan bahkan waktu. Labib kemudian menceritakan pengalamannya bercinta yang telah dilalui selama hampir satu dekade. Komunikasi yang terjalin mayoritas didominasi oleh topik-topik keilahian. Yang sangat berkebalikan dengan pembicaraan orang pacaran pada umumnya.

Bewol pun menjadikan kesempatan tersebut untuk belajar menjadi pendengar yang baik, dan sesekali memberikan tanggapan yang sanggup memperlebar sudut pandang tentang sebuah hubungan, terutama menyangkut rasa.

"Lalu apakah yang terjadi bilamana sebuah cinta telah berevolusi? tidak sekedar 'mencintai', tapi kini telah 'mencinta'. Kalau kita mencintai seseorang, itu masih terdapat tendensi tentang mencari kenikmatan diri sendiri. Akan tetapi, bilamana seseorang sudah tidak memikirkan kenikmatan dirinya demi sebuah rasa setia kepada seseorang, mungkin ia telah mencinta." Terang Labib. Yang mungkin baginya sedang mengalami kondisi mencinta.

"Bahkan, apakah  kita tidak pernah bisa memahami bagaimana rasa (cinta) itu tiba-tiba sanggup tercipta?" Bewol mencoba untuk mendalami sumber dari cinta atau mencintai. "Kita tidak pernah bisa menyamaratakan level cinta antara satu orang dengan yang lain." Lanjut Bewol.

"Wah ini, pasti pengalaman cintamu banyak, Wol, sampai mengetahui level-level cinta, wkwkwk... "

"Bukan begitu, manusia dituntuk untuk beriman, bahkan kalau sanggup mencinta Tuhan. Yang tidak pernah sanggup manusia untuk menatapnya. Komunikasi pun seolah hanya satu arah, disaat Tuhan sudah pasti Maha Mendengar. Dan Tuhan sangat menyukai para hambaNya yang rajin menyapa lewat do'a, sekalipun do'a itu hanya untuk kenikmatan diri hambaNya sendiri. Jika kita sejenak meminjam mata pandang Tuhan dalam memandang cinta. Mungkin kamu bisa sedikit diberi gambaran mengenai kesejatian cinta. Kalau Salah Satu Syaikh menyebutnya ilmu khudluri. Cinta sejati adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan."

"Dan jika kamu bicara bertanya mengenai pengalaman, anggap saja jika aku hanyalah orang yang pandai bermaksiat, hahaha..."

Berjam-jam sudah waktu terlewatkan di siang yang bolong. Membicarakan sesuatu bersama sejawat nampaknya terasa sangat biasa. Namun selalu banyak surat yang tersirat jika kita merefleksikan segala ruang bahkan temu sebagai ruang pengembaraan. Untuk merajut dan menghuungkan titik-titik yang berserakan yang sebelumnya dianggap sebagai sebuah ketidakjelasan, lalu mengubahnya menjadi sebuah bentuk atau pola yang pasti akan sangat bermanfaat jika menemukannya.

"Lalu, kondisi kita seperti ini dianggap sial atau apa menurutmu?" tanya Labib kepada Tiyono.

"Tidak semua sanggup menahan penderitaan seorang diri, terlebih dengan usia yang semakin menua. Semua hanya tentang prasangka. Dan sesunyi apapun jalan yang kau tempuh, sudah pasti ada orang yang mengasihinmu, bukan? Jawab Tiyono.

"Tidak akan pernah ada makna bahagia tanpa derita, begitupun sebaliknya!" sambung Bewol.

"Jadi maksud Tuhan jodoh itu sudah diatur, berarti tidak harus ketemu di kefanaan ini, kan?" Labib mempertanyakan hal ini secara serius kepada Tiyono maupun Bewol.

Baik Bewol maupun Tiyono hanya menjawabnya dengan gelak tawa, tanpa ada kejelasan jawaban diantara keduanya. Antara pasrah atau diam-diam memohon agar mampu merasakan seperti yang lainnya. Antara penyesalan atau berusaha menutupi penderitaan dengan meratapi kebahagiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun