Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Garuda-Garuda yang Muthma'innah

28 Oktober 2019   17:08 Diperbarui: 28 Oktober 2019   17:19 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa bilang jamaah maiyah bukan merupakan bagian dari 'sobat ambyar' yang sedang masyhur di kalangan para pemuda? Terbukti ketika Wakijo lan Sedulur mendendangkan dua lagu Didi Kempot pun seperti menunjukkan bahwa di dalam maiyah, ada ruang khusus yang memiliki ruang kemerdekaannya sendiri untuk menuangkan segala bentuk kebahagiaan. Di antara proses sinau bareng, wirid ataupun sholawat yang kesemuanya adalah manifestasi wujud dari prosesi dzikr/ingat kepada Allah.

Pak Ilyas pun seolah ingin membangunkan mental Garuda yang 'mungkin' sedang ambyar untuk segera membangunkannya. Dengan segala perumpamaan atas ketidakselaran ataupun disharmonisasi cara pandang tentang negara khususnya. "Garuda ini kan tugasnya nanti akan menolong saudaranya sendiri, yang kini sedang diinjak-injak dan kehilangan martabatnya!" kata Pak Ilyas. Dari apa yang disampaikan Pak Ilyas tersebut, terdapat 2 subjek yaitu Garuda dan saudaranya. Berarti, tidak semua rakyat negeri ini sanggup memiliki mental Garuda. Garuda sejati yang tidak sedang mempersolek dirinya sendiri seolah-olah menjadi Garuda.

Nah, lantas apa yang mesti dilakukan apabila sudah mengetahui ada ketidakselarasan atau disharmonisasi cara pandang sebagai satu kesatuan yang sudah terikat dalam wadah yang bernama negara? Tentu saja hal ini tidak hanya membutuhkan proses rekonstruksi, akan tetapi membutuhkan hard-reset mengenai cara pandang tidak hanya mengenai negara. Namun, cara pandang tentang relasi hubungan seorang hamba dengan Tuhannya.

Yang namanya cara pandang pasti jika ditelusuri, error yang terjadi bukan apa yang terjadi di luar diri kita, namun sesungguhnya error tersebut ada di dalam diri kita. Hardware dan software tubuh kita mungkin terlalu banyak terjangkit virus kadunyan yang menciptakan hijab-hijab pandangan tanpa kita sadari. Dan untuk menempuh jalan ini, segala akibat seperti keterasingan ataupun kesunyian yang pada umumnya dialami para pejalan ini -karena perbedaan pandangan dengan mayoritas lingkungan- telah Simbah tulis dalam tajuk terakhir. Jika merasa menderita atau takut dianggap aneh bahkan gila, bisa langsung tekan tombol cancel dan segera kembalilah ke dalam lingkunganmu pada umumnya.

Tidak semua mampu menjadi Garuda yang sejati untuk menolong para saudara-saudaranya. Tidak semua mampu bertahan dalam keterasingan ataupun kesunyiaan dalam pelukan zaman yang serba modern dan canggih. Tidak semua mampu berpuasa untuk menahan segala amarah baik dalam bentuk lisan, tingkah laku, maupun akhlak. Tidak semuanya mampu cengengesan (ketawa-ketiwi) meski dalam ketidakjelasan hidup. "Urip ora cetho wani cengengesan terus!" begitu ungkap Dosen Ilyas.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

MENANAMKAN ILMU KHUDLURI

Setelah jeda sejenak yang diisi oleh Wakijo lan Sedulur dengan Sholawat Badar, jamaah diajak untuk mengingat kembali apa yang seharusnya dan memahami alur pembelajaran dengan mengenal batas-batas ruang yang mesti dikemas rapi agar makna yang diambil bisa mendekati keseimbangan. Malam hari itu, di Gambang Syafaat ada sebuah bonus atau mungkin bisa dibilang sebagai hikmah karena kedatangan 2 Marja' Maiyah sekaligus, yaitu Syaikh Nursamad Kamba dan Mbah Nun.

Mbah Nun mempersilahkan Syaikh Kamba untuk memberikan ilmunya terlebih dahulu. Namun sebelumnya, Mbah Nun menekankan bahwa beliau hadir disini untuk belajar bersama, dari kita untuk kita. Kemudian Syaikh Kamba menambahkan bahwa meskipun secara akademik dan literatur Syaikh Kamba sudah menempuh pembelajaran selama 13 tahun di Mesir, tapi pada akhirnya Syaikh Kamba kembali belajar kembali kepada Mbah Nun.

Kemesraan ini pun sedikit kembali mengingatkan awal pertemuan beliau dengan Mbah Nun pada tahun 2001. Dalam pertemuan tersebut, ketertarikan mulai saling menemukan kesamaan ketika mulai membahas tentang tajalli karya Ibnu arabi yang menjadi bahasan pada pertemuan tersebut. Malam hari ini Syaikh Kamba ingin membahas hal tersebut.  Perubahan banyak terjadi di maiyahan seperti mengalami fenomena recharge. Seolah-olah maiyah mampu membekali dirinya sendiri sehingga mampu menciptakan lingkungan yang damai.

"Makrifat adalah sebuah pembelajaran yang mampu mentransformasi sesuatu." Kata Syaikh Kamba. "Ilmu yang terdapat di dalam maiyah adalah ilmu makrifat baik secara intelektual, psikis/kejiwaan, dan spiritual." Lanjut beliau. Kata-kata beliau tersebut dinyatakan beliau bukan berarti tanpa dasar fakta apapun. Menurut beliau ketika suatu agama mengikuti ajaran Rasulullah, syarat utamanya harus mencintai, harus dengan ridho, pun ketika melakukan ajaran agama sudah tidak ada lagi transaksional (mengharap imbalan atas apa yang telah dilakukan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun