Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dialektika Perubahan Masa Hingga Hak Atas Diri Sendiri

28 September 2019   14:50 Diperbarui: 28 September 2019   14:56 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Canva

"Hahahahaha......."

Sepertinya Gus Welly tidak menyadari perkataan Bewol. Meskipun disindir, nampaknya Gus Welly belum menyadari bahwa sudah menjadi bahasan hampir di setiap hari mereka berdua selalu membicarakan tentang permasalahan negara. Yang selalu menjadi topik pembicaraan yang hangat di malam hari sembari menikmati kopi dan rokok masing-masing.

Tapi, mengapa peristiwa demonstrasi seperti ini menjadi suatu hal yang menarik perhatian? Disaat seharusnya peristiwa yang terjadi ini tidak membuat gumun terlepas dari topik perbincangan mereka berdua setiap malam.

"Gus, harusnya kamu bisa memetekan kemungkinan-kemungkinan apa yang akan terjadi jika kamu menginginkan sebuah perubahan. Dan kamu harus siap dengan itu!"

"Tapi pergerakan ini sangat masif lho. Mereka akhirnya memiliki keberanian untuk menyampaikan yang benar-benar ada di benak rakyat. Kita belum pasti mampu!" sanggah Gus Welly.

"Dan perlu diingat, mereka tergerakkan atau digerakkan? Dengan dasar kebenaran atau memang tulus wujud cinta dan kepedulian? Karena hal yang terkesan sepele ini akan sangat berpengaruh terhadap perubahan itu. Dan aku sendiri belum mampu." Bewol mengakui kebenaran tentang ketidakmampuan dirinya.

"Terus karena kita terlalu banyak berdiskusi akhirnya kita hanya akan jadi pemerhati dan pejuang di media sosial tanpa pernah sekalipun terlibat langsung di jalanan." Gus Welly mengejar.

"Apa aku harus bilang kamu Gus kalau ingin terjun ke jalan? Nyari kawan yang mau diajak bareng? Kalau kamu merasa tergerak tinggal berangkat gak usah nunggu siapa-siapa kan? Kebiasaan kita memang mudah nyinyir tapi minim aktualisasi, setidaknya terhadap kehidupan diri sendiri." Seolah-olah Bewol ingin menyampaikan tentang kebersamaan disaat dirinya sendiri sebenarnya sudah ikut terjun sendirian ke jalan tanpa ajakan siapapun.

Sistem sudah terlalu mengakar, hingga perubahan pun tidak semudah membalikkan tangan. Semua saling berbagi peran dalam sebuah perjuangan atas nama kebaikan. Bahkan, jika permintaan tersebut sudah diwujudkan oleh pemerintah. Jangan kaget jika ada gerakan-gerakan lain yang menyusul karena permaslahan ini hanya apa yang baru muncul di permukaan. Sedang permukaan itu berlapis-lapis untuk menuju ke akar permasalahan.

Memang ini, hanyalah secarik coretan dengan penuh ketidakjelasan alur dan tujuan dari corat-coret ini sendiri. Memang enak yang terlihat simpel dan praktis namun mudah dipahami. Karena niat membaca lebih sulit daripada sekedar menuliskan sesuatu. Memetakan sebuah permasalahan lebih sulit daripada ikut langsung bercerita menggoreskan tinta sejarah.

"Lhah, ini kan video awal tahun sebelum teater perdikan Simbah tentang Sengkuni." Terang Gus Welly menunjukkan video argumentasi Simbah mengenai permasalahan bangsa. Yang kebetulan pas dengan situasi yang terjadi sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun