Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pertemuan Tanpa Kata Sepakat

12 September 2019   16:33 Diperbarui: 12 September 2019   16:57 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sontak Layla terkejut,"Ah iyaa... Ada, Ren?"

"kamu mikir apa sih sampe bengong gitu?" lanjut Rendi.

"Gak mikirin apa-apa koq, agak ngantuk aja sih."

"Yaudah, habis ini kita cari tempat ngopi dulu yaa."

"Oke deh, manut."

Rendi selain memiliki hobi yang sama dengan Layla, merupakan salah seorang seorang seniman muda di kotanya. Hingga nama Rendi pun cukup dikenal di kalangan para seniman kotanya. Rendi dan Layla sendiri sudah berteman cukup lama, bahkan bisa dibilang seorang sahabat. Mungkin bagi Layla sendiri, hanya Rendi yang dianggap mampu memahami kebiasaannya. Setelah beberapa tahun kebelakang, banyak perjalanan yang dilalui bersama.

Pertemuan pertama mereka terjadi pada saat ada keluarga baru yang baru pindah dari luar kota menempati rumah baru di dekat rumah Layla. Bapaknya Rendi telah pensiun dari perkejaannya dan memutuskan untuk kembali ke kota kelahirannya untuk menikmati masa tuanya. Layla, yang sedang menuju warung untuk membeli makanan, berpapasan dengan Rendi pertama kali ketika Rendi sedang duduk di trotoar sembari menyanyi dengan gitarnya.

Layla yang melihat Rendi pertama kali hanya berprasangka bahwa anak baru alias Rendi ini terlihat ramah tapi sedikit sok keren. Senyum ramah yang dilontarkan ketika Layla melewatinya menjadi dasar penilaian saat itu. Dan selang beberapa saat kemudian, mereka bertemu kembali di sekolah. Ternyata Rendi menjadi kakak kelas baru di sekolahnya. Dengan keramahannya tak butuh waktu lama bagi Rendi untuk menjadi idola para wanita di sekolahnya.

Namun, bagi Rendi, perhatiannya tetap tertuju kepada Layla remaja. Perempuan jelita dengan keindahannya. Berbagai pertemuan terlebih sebagai seorang tetangga telah banyak mempertemukan Rendi dan Layla. Bahkan, orang tua Layla pun begitu mempercayakan Layla kepada Rendi sebagai teman bermainnya sejak remaja.

Secangkir kopi di pagi hari itu pun membangkitkan kenangan Rendi. Sembari menatap seorang perempuan yang begitu memikatnya. Tapi, bahagia itu masih berbatas. Dunia seakan enggan menapakkan kakinya selangkah lagi, 'tuk sekedar mengungkapkan rasa yang mungkin sudah lama dipendam oleh Rendi.

"Lereng itu masih berkabut, masih mau jalan?" tanya Rendi kepada Layla.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun