Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bergerak Menuju Cahaya

6 September 2019   16:34 Diperbarui: 6 September 2019   16:40 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pixabay/felix_w

Setelah tenggelam dalam ridho-Nya dalam pemaknaan ibadah mahdoh maupun ibadah muamalah, perjalanan hanya mesti terus untuk dilakukan. Dan tulisan ini sendiri merupakan perjalanan yang terus berkesinambungan. Tidak bertujuan apa-apa, karena ini juga bukan apa-apa. Hanya mengalir saja, terus berjalan menuju entah. Lantas, alangkah baiknya jika kita melanjutkan perjalanan dan terus berproses.

Jadi tidak mengherankan jika ada yang membuat perbandingan amal pahala antara ibadah mahdoh dan ibadah muamalah, yaitu 30:70. Dan kita selalu diseru untuk berbuat kebaikan, bukan untuk menjadi seorang ahli ibadah. Jangan berhenti sampai di ibadah yang dijadikan tujuan hidup. Tapi posisikanlah ibadah itu sebagai cara untuk selalu mentransformasi diri. Kesuksesan orang beragama itu tidak dilihat dari rajinnya ia sholat, hafalan Al-quran, atau surban yang dikenakannya, akan tetapi kesuksean beragama dilihat dari perilakunya. Jika kita mencari ridho-Nya maka perilaku atau akhlak kita akan terbentuk dengan sendirinya membentuk akhlaqul karimah seperti yang selalu diajarkan Rasullallah SAW. Disni ibadah akan berjalan dengan sendirinya.               

Dapat bermanfaat bagi orang lain -> ibadah -> ridho Allah

Atau lebih jelasnya mari lihat tabel berikut :

1
2
3
4
Syariat
Tarekat
Hakikat
Makrifat
Perbuatan
Nama/jalan
Sifat
Dzat/cahaya
Bermanfaat bagi orang lain
Bersedekah, beramal, puasa, sholat, zakat, dsb
ibadah
Ridho Allah

               

Syariat, tarekat, hakikat dan makrifat adalah tingkatan dalam kita memahami agama sebagai pratap untuk selalu berproses. Bukan berarti, hal tersebut hanya akan terhenti di makrifat. Karena ada seorang Syekh menjelaskan Ad-dien Al-makrifat, makrifat adalah awal dari sebuah agama. Masih ada Mahabbah, Mukasyafah, hingga ke wihdat al-wujud. Perbuatan selalu indentik dengan sebuah nama. Nama itu sendiri berasal dari sebuah sifat dan sifat selalu diliputi oleh Dzat/cahaya yang selalu menggerakkan kita. Contoh sederhananya, kita menggerakkan tangan (perbuatan), menulis/menggambar (nama), kita menulis menggambar dari pikiran atau hati kita(sifat), lalu yang terakhir darimana datangnya sebuah inspirasi ketika kita menggambar/menulis. Seakan ada yang memasukkannya ke angan kita, itulah dzat/cahaya.

Mengapa kita mesti ridho terhadap segala ketentuan Allah? "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." Seluruh sifat kebaikan itu ada dalam sifat ridho. Selama mengikuti keinginan nafsu, kita tidak akan bisa merasakan ridho kepada Allah. Ridho bukanlah suatu pencapaian usaha seseorang, melainkan suatu keadaan hati, sebagaimana keadaan hati yang lain, bisa datang dan pergi.

Kembali lagi ke tujuan hidup, sebenarnya semuanya yang kita cari di dunia ini sudah tercatat dalam sebuah kitab nyata (Lauh Mahfuz). Kalau kalian suka main winning eleven (permainan bola dalam playstation), kalian bisa sesuka hati akan mengarahkan bola itu kemana saja, akan tetapi kamu tidak akan pernah bisa mengeluarkan bola itu keluar dari televisi. Itulah kitab Lauh Mahfuz. Tinggal bagaimana kita mau mengenalnya. Kembali ke hakikat kita sebagai manusia, atau hanya ingin mencari keduniawian. Jika kita tetap bersikeras atau cinta terhadap dunia saja, jangan kecewa kalau dunia akan menipu, memberi ketidakadilan bahkan menghancurkanmu. Kita diberi jasad ini hanya sebatas "menyewa" dari sang pemilik-Nya. Tinggal bagaimana kita mau membayar sewanya kepada Sang Pemilik jasad ini. Mau menyepelekan silahkan, mengacuhkan monggo atau sedari sekarang tersadar ingin mengucapkan terima kasih kepada Nya tentu akan lebih bagus.

Sekarang tergantung kepada masing-masing individu, maukah untuk berhijrah menuju dzat/cahaya untuk mencari ridho-Nya. Tumbuhan pun selalu bergerak menuju cahaya, kita sebagai manusia terkadang suka menuju ke remang-remang demi mencari sebuah kenikmatan. Jangan takut jika awal hijrahmu nanti bukannya lebih menenangkan, justru akan semakin bertambah masalahnya. Itu membuktikan jika kamu sedang diuji apakah sebatas ingin coba-coba atau benar-benar ingin berubah. Ingin benar-benar mencari ridho-Nya atau hanya sekedar mencari sebuah pembelaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun