Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tenggelam dalam Ridhonya

31 Agustus 2019   15:15 Diperbarui: 31 Agustus 2019   15:24 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini adalah persambungan dari dua tulisan sebelumnya, yang pertama Apa Tujuan Hidupmu   dan Manfaat itu Jangan Dikalkulasi. Ada baiknya untuk membaca 2 subjudul itu agar bisa nyambung dengan pembahasan ini. Selanjutnya, setelah menemukan dua jawaban mayoritas dari tujuan hidup, kali ini saya akan mencoba meneruskan ke tujuan yang lebih mendalam.

Zakat, bersedekah, atau menyiram setelah buang air kecil (secara sadar) merupakan salah satu bentuk ibadah, lebih tepatnya ibadah muamalah atau ghairru mahdoh. Sampai disini kita telah menemukan tujuan hidup kita jika diruntut lebih ke dalam, yaitu untuk beribadah. 

Allah berfirman,"Aku ciptakan jin dan manusia hanya untuk beribadah kepada-Ku." Jadi, tujuan hidup itu beribadah, sedang ibadah itu ada 2 macam, ibadah mahdoh dan ghoirru mahdoh atau muamalah.

Ibadah mahdoh yaitu ibadah secara vertikal, ibadah kita sama Gusti Allah, contohnya sholat, dzikir, puasa. Ibadah ini memiliki tujuan mengembalikan fitrah diri kita sebagai manusia, selalu ingat kalau kita ini hamba-Nya di bawah segala kekuasaan-Nya, tempat memohon ampun bagi kita atas segala dosa yang telah kita perbuat karena manusia biasa pasti pernah membuat kesalahan/dosa dan hanya kepada-Nya lah kita memohon ampun, kita jadi lebih banyak bersyukur daripada mengeluh. 

Dan yang pasti kita lambat laun bisa mengenal ego atau hawa nafsu kita, dengan kata lain kita bisa mengenal bisikan setan yang selalu menjerumuskan kita. Tapi kata menjerumuskan itu sebenarnya lebih ke proses untuk menambah kualitas iman.

Berikut beberapa sabda Rasullullah SAW yang berhubungan dengan tujuan ibadah mahdoh :

  • "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci bersih (fitrah), dan kedua orang-tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Kristen atau Majusi." (Muttafaqun Alaih)
  • "Orang yang gagah berani  bukanlah orang yang dapat menyerbu musuhnya dengan tangkas dalam pertempuran, akan tetapi orang yang gagah berani itu sebenarnya yang kuasa dan mampu menahan hawa nafsunya." (Muttafaqun Alaih)
  • "Ada tiga golongan, yang barang siapa berada dalam ketiga golongan tersebut, maka dia akan mendapat manisnya iman, yaitu : 1) orang yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada yang lain, 2) orang yang mencintai orang lain, tetapi cintanya itu tidak lain, melainkan karena Allah, dan 3) orang yang tidak suka kembali kepada kekufuran sebagaimana tidak sukanya ia untuk dilempar ke neraka." (Bukhari dan Muslim). 

Yang kedua ibadah muamalah, yaitu ibadah secara horizontal, ibadah kita kepada semua manusia, semua makhluk dan segala ciptaan-Nya.  Beramal, bersedekah, membantu orang lain, dan dapat bermanfaat bagi orang lain contohnya. Inti dari ibadah ini adalah ingat kepada Allah setiap kita akan melakukan segala sesuatu. 

Segala hal dilakukan tidak lain semata-mata karena Allah SWT. Dari peristiwa buang air kecil diatas bisa dilihat kalau kita memiliki kesadaran untuk menyiramnya, itu berarti kita tidak mau orang lain nggrundel atau marah karena kita, kita takut akan timbul penyakit hati atau dosa jika. Kalau sudah sampe dosa itu berarti kita sudah ingat Allah.

Firman Allah,"tugas manusia hidup di bumi sebagai anugerah semesta alam." Sebagai anugerah semesta alam yang berarti bukan hanya menjaga persatuan (ukhuwah) kepada sesama manusia, akan tetapi juga menjaga lingkungan sekitarnya (tumbuhan, hewan, dan alam sekitarnya). 

Ini yang dimaksud sebagai rahmatan lil'alamin, menjadi seorang khalifatullah. Menyampaikan risalah/wahyu Allah, selalu memahami keadaan lingkungan serta tidak pernah menganggap dirinya paling benar, selalu merendahkan diri di hadapan orang lain karena kita bukanlah seorang Nabi ataupun Rasul.

Dan seorang khalifah hidup hanya untuk mencari ridho Allah. Jadi kalau tujuan hidup kita ditarik sedalam-dalamnya, dicari titik pusatnya, yang menjadi satu titik patokan dalam mengarungi segala keadaan adalah semata-mata hanya mencari ridho-Nya. Refleksi sikap dan perkataannya akan selalu terjaga dengan sendirinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun