Mohon tunggu...
Tatiek R. Anwar
Tatiek R. Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Perajut aksara

Penulis novel Bukan Pelaminan Rasa dan Sebiru Rindu serta belasan antologi, 2 antologi cernak, 3 antologi puisi. Menulis adalah salah satu cara efektif dalam mengajak pada kebaikan tanpa harus menggurui.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengemis Sukarela

19 April 2022   22:04 Diperbarui: 15 Oktober 2022   22:28 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lelaki sedang berdoa, sumber illustrasi: islami.co

Pengemis Sukarela

Malam masih pekat. Sepi terasa menyayat. Suara binatang malam, semakin membuat suasana malam di Desa Rotan Timur terasa syahdu. 

Ketika manusia lebih memilih tidur di kasur empuk dan menarik selimut, tidak demikian halnya dengan Ahmadi. Masjid adalah pilihan untuk menghabiskan sisa malamnya. Di sana, ia akan melakukan sujud-sujud panjang dengan wajah dibanjiri air mata.

Ahmadi, seorang lelaki berusia 45 tahun, adalah pengusaha kerajinan rotan yang sudah merambah ke mancanegara. Hasil kerajinan rotannya terkenal unik dan tidak pasaran karena dibuat sesuai dengan permintaan konsumen.

Nama Ahmadi mulai dikenal sebagai orang terkaya di Desa Rotan Timur. Kedermawanan semakin membuat namanya harum.

Sepuluh tahun lalu, Ahmadi adalah seorang pejabat di BUMD Desa Rotan Timur. Kecerdasan Ahmadi mengantarkannya pada jabatan Direktur Utama BUMD. Namun, jabatan bergengsi itu membuat Ahmadi lupa. 

Ia telah menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi. Kehidupan Ahmadi bergelimang kemewahan dengan istri cantik dan anak-anak yang membuatnya bangga.

Baca juga: Sang Altruis

Hingga suatu ketika, hujan lebat mengguyur Desa Rotan Timur. Debit air yang meninggi menyentuh jembatan yang dibangun BUMD, kemudian menghanyutkannya. Ironisnya, jembatan yang hanyut, membawa serta mobil yang dikendarai istri dan anak-anak Ahmadi. 

Ketika itu, istri dan anak-anaknya sedang dalam perjalanan pulang setelah mengunjungi orang tua Ahmadi di Desa Rotan Barat. Selain itu, tidak sedikit pula korban akibat bencana alam itu.

Musibah itu terindikasi karena adanya eksploitasi terhadap sumber daya alam yang membuat tanah kehilangan daya serapnya. Jembatan yang hanyut, kemudian diketahui karena dibangun dengan bahan-bahan yang tidak sesuai dengan standar. 

Akibatnya, Ahmadi sebagai Direktur Utama, dan beberapa orang yang terlibat dalam korupsi dijebloskan dalam tahanan.

Sungguh, musibah itu menjadi pukulan yang sangat berat bagi Ahmadi. Ia tidak hanya kehilangan jabatan, tetapi permata dalam hidupnya juga ikut terenggut.

 Ahmadi dijebloskan dalam tahanan dan mendapat hukuman lima tahun penjara. Hari-harinya dalam tahanan diisi dengan derai air mata penyesalan.

Kini, Ahmadi mulai bangkit. Ia menjalankan bisnis dengan memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki desanya, yaitu rotan.

Ahmadi membayar rasa bersalahnya dengan berkarya dan menjadi kaya agar bisa membangun desanya menjadi desa yang mandiri dan maju.

Namun, kesuksesan yang diraihnya kini, tidak mampu menutup rongga hatinya yang terkoyak. Kehilangan sang kekasih dan buah hati, terus menyuburkan rasa bersalahnya. 

Hanya satu harap yang tersisa, yaitu kemurahan dari Tuhannya. Setiap penghujung malam, Ahmadi tersungkur dalam sujud panjangnya untuk merendahkan diri.

Ia rela melakukan itu sampai kapan pun agar rahmat Tuhan turun kepadanya dan memenuhi apa yang ia pinta; ampunan dan kasih sayang-Nya.


~ Selesai ~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun