Mohon tunggu...
Tati AjengSaidah
Tati AjengSaidah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 2 Cibadak Kab. Sukabumi

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemulung yang Ingin Tetap Sedekah

2 Januari 2021   05:56 Diperbarui: 2 Januari 2021   06:00 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Memiliki tubuh yang tidak sempurna bukan menjadi penghalang untuk menjadi seorang yang mandiri dan tidak menggantungkan hidupnya kepada orang lain,  seperti pengalaman hidup ibu yang berprofesi sebagai pemulung ini.  

Teman kerja sering menceritakan tentang ibu pemulung yang setiap pagi lewat di depan rumahnya, karena ingin mengetahui lebih detail tentang kehidupannya maka saya bersama suami sengaja main ke  rumah teman dan meminta beliau mengantarkan kami ke rumahnya.  

Ternyata rumahnya berbeda kampung dan cukup jauh, kami jalan kaki melewati jalan setapak dan secara kebetulan bertemu dengannya di tengah perjalanan. Beliau sedang menyapu dan membersihkan jalan menggunakan sapu lidi dan sabit, kamipun diajak ke rumahnya.

Rumahnya terletak di Kampung Ciater Kecamatan Nagrak, beliau berjalan di depan kami tanpa menggunakan alas kaki dan menggunakan tongkat untuk membantunya karena kaki yang sebelah kanan mengalami kecacatan sejak bayi. 

Sapu lidi dan sabitnya kami ambil, supaya beliau leluasa untuk berjalan. Kami yang berjalan dibelakangnya memperhatikan beliau sambil tertegun, walaupun beliau kesulitan pada saat berjalan tetapi mampu melewati  jalan tanah yang menurun.  

Jarak dari tempat kami bertemu dengan rumahnya cukup jauh serta jalannya agak licin bekas hujan tadi malam, di kiri kanan jalan terdapat banyak pohon bambu.  Kamipun sampai ke rumahnya  yang berada di dekat sungai, dan disambut oleh anak dan menantunya yang tinggal bersamanya. Kamipun mengobrol di teras rumahnya, untuk menanyakan pengalaman hidup yang dialaminya.

Berawal dari kecerobohan orang lain

Ibu ini biasa dipanggil ceu Entat oleh tetangganya, ketika baru dilahirkan tubuhnya normal tetapi ada suatu kejadian akibat kecerobohan orang lain yaitu kakinya terinjak oleh anak yang sedang bermain loncat-loncatan di rumahnya. 

Pada saat itu ibunya meletakkan ceu Entat yang masih bayi di teras rumah, dan ada beberapa anak sedang bermain. Walaupun sempat di bawa ke tukang pijit, tetapi kakinya tidak bisa normal kembali sehingga menjadi cacat sampai sekarang.

Dengan kondisi seperti ini ceu Entat tidak disekolahkan oleh orang tuanya, sehingga tidak begitu lancar dalam membaca dan menulis. Tetapi beliau ikut pengajian  di kampung sebelah yang dilaksanakan setiap sore hari setelah sholat ashar. 

Bersama-sama dengan temannya sewaktu kecil, ceu Entat harus melewati sungai ke tempatnya mengaji karena belum ada jembatan yang menghubungkan kampungnya dengan kampung sebelah. Apabila kondisi air sungai sedang meluap karena hujan, maka beliau tidak bisa berangkat ke tempat pengajian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun