DALAM MENUNGGU
di luar hari menjadi tua dan gelap. dengung pesawat
tiba dan pergi berkelebat di antara kelam. siapa menunggu:
berhamburan kata dari percakapan, waktu terkapar
di buku-buku, dan lalu-lalang membuang bosan. aku terduduk
ditelikung jadwal pemberangkatan: rindu memberat
pada harapan segera pergi, aku menjelma Adam yang letih
mencari sekerat mimpi. cahaya berpendar pada lukisan,
pada asesoris terpajang di etalase, pada onggokan makanan
yang menggoda rasa lapar. sesaat lagi semua menjadi
dongengan: serba sementara untuk ditinggalkan, terpenggal
sebagai sejarah, seperti angin mendesir. dan kegetiran tiba-tiba
begitu menggeletarkan urat-urat nadi: seorang kembara
selalu berangkat dan pulang dalam genggaman sang hidup,
untuk dilemparkan di suatu tempat asing
dan waktu yang diam membeku!
2003
Bandara Adisucipto, Yogyakarta
Puisi lainnya, "Anakku dan Senandung Hujan Itu" pada tautan https://www.kompasiana.com/tatenggunadi4377/6062e29f8ede48702a0e3082/anakku-dan-senandung-hujan-itu