Mohon tunggu...
Tateng Gunadi
Tateng Gunadi Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Pecinta buku, suka menulis, dan senang fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Anakku dan Senandung Hujan Itu

30 Maret 2021   15:34 Diperbarui: 8 September 2021   12:35 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by PublicDomainPictures from Pixabay

ANAKKU DAN SENANDUNG HUJAN ITU

seharusnya engkau tak menjerit-jerit kaget sambil menangis keras-keras oleh hujan yang tiba-tiba menggeretap di atas atap dan di halaman rumah dengan suara sangat keras sampai membangunkanmu sebab hujan bukanlah sesuatu yang menakutkan melainkan teman baikmu dari langit berupa gumpalan es lalu berubah menjadi air berbentuk tongkat perak memanjang yang berjatuhan berjuta-juta banyaknya oleh sebab itu berhentilah menangis sayang dan pelan-pelan dengarkan suara hujan itu dengan seksama niscaya engkau akan mendengar ia bersenandung tentang dunia yang damai serta tentang dirinya sendiri sebagai rahmat yang diturunkan ke bumi untuk membasahi tanah sehingga basah mengendap di dalam tanah lalu berkumpul di sumur sehingga kita bisa minum dan mandi dan ibumu mencuci dari air yang berasal dari hujan dan hujan juga membasahi rerumputan serta pepohonan supaya tumbuh subur dan hujan pun jatuh ke sungai-sungai ke danau-danau ke laut-laut sebagai nyawa ikan-ikan tetapi engkau jangan berada di bawah hujan sebab ia akan berubah jadi penyakit demam dalam tubuhmu sehingga kami orang tuamu bakal sedih sebab hujan turun dimaksudkan bukan agar kita berhujan-hujan sehingga lebih baik menikmati hujan di dalam rumah dengan berbaring di pangkuan ayah sambil merasakan air conditioner yang berasal dari hujan yang menyejukkan tubuhmu lalu engkau akan ayah selimuti dengan selimut berludru tebal itu agar tubuhmu terasa hangat dan engkau cepat kembali tidur lelap dan bermimpi seperti tadi sebelum hujan turun dan membuatmu terbangun.

Bogor, 2002

Puisi lainnya, "Rumah" pada tautan https://www.kompasiana.com/tatenggunadi4377/606061498ede4809660f8992/rumah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun