Mohon tunggu...
Eta Rahayu
Eta Rahayu Mohon Tunggu... Urban Planner | Pemerhati Kota | Content Writer | www.etarahayu.com

Hidup tidak membiarkan satu orangpun lolos untuk cuma jadi penonton. #dee #petir etha_tata@yahoo.com | IG: @etaaray

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pelabuhan Luwuk: Jalur Laut, Jalan Hidup, dan Tambat Erat Simpul Kepulauan

21 Juli 2025   10:21 Diperbarui: 25 Juli 2025   06:52 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mobil bermuatan bahan pokok mengantri untuk naik kapal di Pelabuhan Rakyat Luwuk | Foto: Rul 21/ Google Maps review

KMP. Tanjung Api saat berada di Pelabuhan Tinakin, Banggai Laut | Foto: ASDP.id
KMP. Tanjung Api saat berada di Pelabuhan Tinakin, Banggai Laut | Foto: ASDP.id

KMP Tanjung Api berjenis Roll-on/Roll-off (RoRo) yang dapat memuat 234 orang dan 19 unit kendaraan. Untuk saat ini, tiket dari Pelabuhan Luwuk belum tersedia di aplikasi Ferizy.

Namun, jadwal kapal rutin diperbarui melalui Instagram resmi @asdp.luwuk. Sementara untuk harga tiketnya, bisa dicek di pojok bawah situs asdp.id, atau di loket resmi pelabuhan.

Saat artikel ini ditulis, harga tiket untuk anak-anak sebesar Rp46.000 dan untuk dewasa Rp90.000. Harga berbeda dikenakan bagi penumpang yang membawa kendaraan. Misal, untuk Golongan IV (jeep/sedan/minibus) perlu membayar 1,4 juta-an.

Bagi saya, ini harga yang sepadan untuk mengarungi perairan Banggai Bersaudara secara langsung (direct). Sebelumnya, saya turut merasakan susah payahnya transit saat menuju Banggai Laut.

Berangkat dari Pelabuhan Rakyat Luwuk dengan kapal swasta menuju Salakan. Setelah itu, dari Salakan harus menempuh perjalanan darat ke Pelabuhan Tobing. Baru kemudian menaiki kapal cepat menuju Banggai Laut. Pengalaman yang cukup menguras tenaga dan biaya.

Beberapa bulan sebelumnya, saya menjajal kapal cepat milik swasta yang beroperasi di alur pelayaran Luwuk-Salakan | Foto: Eta Rahayu (koleksi pribadi)
Beberapa bulan sebelumnya, saya menjajal kapal cepat milik swasta yang beroperasi di alur pelayaran Luwuk-Salakan | Foto: Eta Rahayu (koleksi pribadi)

Terlepas dari itu, Pelabuhan Luwuk menyuguhkan kondisi yang ideal dan sehat. Mengapa? Karena beberapa jenis kapal dan bermacam operator bisa ditemukan di sini. Geliat pelabuhan tak mungkin hanya bertumpu pada kapal ASDP semata. 

Pilihan armada dan jadwal yang beragam akan lebih memudahkan masyarakat. Terlebih lagi, kebersamaan ini akan menjadikan pulau-pulau 3T, khususnya di sekitar Pelabuhan Luwuk, semakin terhubung, efisien, dan hidup.

Jika Pelabuhan Luwuk Dan Kapal Penyebrangan Tidak Ada 

Suasana laut Banggai dari atas kapal kayu saat malam hari | Foto: Eta Rahayu (koleksi pribadi)
Suasana laut Banggai dari atas kapal kayu saat malam hari | Foto: Eta Rahayu (koleksi pribadi)

Saya masih ingat bagaimana kapal menembus gulita di tengah perairan Banggai. Daratan lenyap dari pandangan. Laut sunyi. Kapal seolah melaju tanpa arah. Malam itu membuat saya sadar, kapal seperti inilah yang menjaga hidup tetap bergerak di pulau-pulau terpencil.

Saya tak berani membayangkan bagaimana jadinya jika kapal penyebrangan antar pulau-pulau itu tidak ada. Dikelilingi lautan, kapal menjadi moda utama yang tak tergantikan agar wilayah-wilayah ini tak terisolasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun