Mohon tunggu...
Tatan Tawami
Tatan Tawami Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Pemula

Belajar menulis untuk mengekspresikan ide dan membahasakan citra mental

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Segitiga Kania (Selesai)

21 September 2022   10:20 Diperbarui: 21 September 2022   10:26 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 *****

Hari minggu ini tak seperti biasanya. Ayah Dyah harus "berangkat kerja" lebih awal karena ditunggu rekan kerjanya karena urusan mendadak. Tak ada keanehan, semua berjalan seperti biasanya. Kecuali bagi Jaka, dia tahu bahwa ayahnya sebenarnya berjanji untuk mengantarkan Kania ke stasiun di sore harinya.

Selama di perjalanan ke stasiun, Kania tidak banyak bercerita kepada ayahnya tentang pertemuannya dengan Jaka karena dia tahu ayahnya tidak akan menceritakan kedatangan Kania pada Jaka. Memecah kesunyian, Kania bertanya:

"Pa, upami neng janten istri kadua kumaha? Pertanyaan yang mengagetkan karena selain tiba-tiba namun juga susah jawabannya; menjadi istri kedua. Susah karena bagi ayahnya jika berkata tidak maka seperti sedang menyalahkan kelakuannya sendiri, namun jika iya, dia juga tak mau anaknya jadi istri kedua. Dilematik. 

"ulah atuh neng. Sing nyaah ka nyalira. Naha teu aya nu sanes kitu. Pan neng teh seueur koneksina" Jawab ayahnya mencoba bijak dengan kondisi yang ada, bahwa dengan koneksinya yang luas dia pasti bisa mendapat lelaki pilihannya. Pada saat yang sama, ayahnya mencoba menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya.

"Ari bapa geuningan ka mamah tiasa midua. Mamah mah teu aya pilihan deui da tos milih bapa. Tapi bapa naha tega milih nu sanes deui" Tanya Kania dengan nada datar yang mempertanyakan motivasi ayahnya yang menikah lagi. "Ibadah, pa?" Ayahnya makin terbenam dalam diam tanpa kata-kata hingga akhirnya sampai di stasiun. Kania segera turun dan mengambil kopernya di bagasi belakang dan meminta ayahnya tak usah menemaninya. Masih tertahan di balik kemudinya, Kania menghampiri ayahnya, mencium tangannya.

'Abot pa tanggung jawabna. Kedah emut kana hisabna" Ucap Kania pelan kepada ayahnya sambil berlalu menunggu kereta. Ayahnya hanya termenung di sepanjang jalan pulangnya. Entah apa yang bisa dipikirkannya sekarang.

Kania duduk di salah satu sudut stasiun menunggu pintu boarding pass dibuka. Dia tak sadar, dari kejauhan Jaka memperhatikannya. Ketika Kania masuk ke boarding pass dia melihat ke sekeliling. Dalam lamunannya yang sekejap itu dia merasa berat meninggalkan kota kelahirannya ini. Matanya terus menelisik setiap sudut stasiun dan akhirnya mendapati Jaka yang sedang melambaikan tangan padanya, tersenyum. Kania tersenyum sambil mengangguk, menghela napas, dan berbalik. Berlalu menuju kereta yang telah menunggunya.

Jaka hanya ingin melihat Kania saja, seperti lima tahun yang lalu, meski tanpa kata namun kini dengan senyum bahagia bagi keduanya. Kereta pun melaju membawa Kania kembali ke Jakarta.

Setelah hari ini, kebersamaan kita akan menjadi kenangan. Setelah hari ini, kita akan terpisah namun tetap saling mengingatkan. Setelah hari ini, rindu akan lebih sulit untuk disempurnakan, setelah hari ini, jarak akan menguji persahabatan dan waktu akan menjadikannya kenangan. Seperti yang sering kamu katakan, dalam kebersamaan, satu kesedihan akan terhapus kesedihan lainnya, satu kebahagiaan akan terhapus kebahagiaan lainnya, namun kenangan bertahan selamanya. Setelah hari ini kita akan saling berjauhan dan mewujudkan rindu dalam doa dan kebaikan, berharap pada waktu yang terus berjalan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun