Mohon tunggu...
Tatan Tawami
Tatan Tawami Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Pemula

Belajar menulis untuk mengekspresikan ide dan membahasakan citra mental

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Segitiga Kania (Selesai)

21 September 2022   10:20 Diperbarui: 21 September 2022   10:26 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kania, 

"Aku selalu suka pada romansa yang melibatkan Tuhan. Aku suka ada Tuhan di antara kita. Bagiku, tampaknya Tuhan paling tahu bagaimana menyampaikan rindu pada hati kita, Tuhan paling paham bagaimana kita saling menyayang, Tuhan sangat mafhum betapa kita tak ingin saling terpisah, Tuhan paling bisa menghangatkan hati kita meski tanpa sapa saat kita berjarak. Aku yakin, ulah Tuhan juga yang menjaga perasaan kita untuk tetap saling mendoakan dan bersabar dalam kesulitan, kebahagiaan, atau dalam masa apa pun yang berada di antaranya. Nanti, meski mungkin pada akhirnya kita tidak bisa bersama, Tuhan telah bersama kita untuk saling membesarkan hati, Tuhan ingin kita menjaga romansa lainnya. Berbahagialah, Tuhan telah membuat kita merasa pernah saling memiliki dan saling mendoakan"

Mengenalmu, aku belajar untuk menakar setiap tindakanku, aku belajar untuk mengukur setiap ucapanku. Aku seperti menjadi orang baru, orang yang lebih baik. Semoga aku juga begitu bagimu. Jika memang kita sama-sama menyimpan rasa yang sama, maka semoga kamu berbesar hati untuk mengerti kerumitan yang ku alami. Bukan tidak ingin menyempurnakan perasaanku dengan memilikimu, yang lebih mungkin bagi kita sepertinya adalah berbagi sudut pandang tentang kisah kita untuk orang lain. Kini, harus kucurahkan semuanya pada dia yang kelak menjadi istriku, semua rasa yang dewasa yang kudapat dari mengasihimu. Pada saat yang sama, aku pun harus menyimpan semua rasa tentangmu dalam hidupku. Suatu hari, jika hari-hari adalah nafas yang pendek, semoga nasib akan sedikit berbaik hati mempertemukan kita lagi. Lalu kita akan saling menyapa seolah pada masa lalu tidak pernah ada apa-apa.

Tanpa terasa, Kania meneteskan air mata membaca ini semua. Antara sedih dan bahagia; sedih karena Jaka sudah tak mungkin lagi mengusahakan dirinya, sedih karena Jaka kini membaktikan hidupnya untuk wanita lain, bahagia karena ternyata Kania sedemikian berartinya dalam hidup Jaka, dulu setidaknya. Ternyata selama ini dia tidak pernah sendiri, Jaka juga merasakan semua perasaan yang dia rasakan untuk Jaka. Ingin rasanya Jaka menyeka air mata Kania, namun dia urungkan.

"Eeh, si akang mah malah janten nangis kitu rencangana. Iyeu teh nganggo tisu"

Tiba-tiba saja tanpa mereka sadari, pelayan sudah di depan mereka membawakan pesanan makanan dan minuman. Jaka memang cukup akrab dengan para pelayan di sana sehingga pelayan itu langsung menebak bahwa ini adalah teman Jaka, mungkin teman lama yang sudah lama tidak berjumpa. Pelayan ini juga tahu Dyah, istri Jaka yang sering dibawanya makan di tempat ini.

"Ah, si Aa mah ngaruewaskeun wae, jadi we nangis, tuh" Jawab Jaka mencoba menetralisir suasana. Kania tersenyum setengah dipaksa karena sekaligus sibuk menyeka air matanya. "Iyeu teh salah sawios orang paling berharga di hidup saya, a. Lima tahun teu pendak" lanjut Jaka.

"salah satu orang paling berharga" gumam Kania. Sekhusus itu kah dirinya? Bertanya-tanya. Namun Kania tahu pemilihan kata "orang berharga" untuk merujuk pada orang-orang yang membentuk dirinya menjadi seperti sekarang. Dan di masa lalu, Kania adalah orang itu, sebagaimana dia tuliskan di laptopnya. Kania tersenyum. Pelayan mengangguk disertai senyum lalu pergi meninggalkan mereka.

"Semua sudah jelas sekarang, Jaka. Terima kasih sudah memberi penghargaan setinggi itu dalam hatimu. Terharu meski sedih. Beruntung sekali Dyah bersuamikan kamu" Kania memberikan komentar setelah membaca tulisan Jaka.

"Aku juga beruntung bisa kenal kamu, Kania. Kamu memberikan banyak sudut pandang dan inspirasi meski tak pernah mengatakannya. Sejak itu, ayah kamu punya dua istri, aku jadi tahu dari mana ketangguhan jiwa yang kamu bawa dan perlihatkan dalam keseharian kamu" Jaka menimpali komentar Kania. "Aku bukan bermaksud menyembunyikan semua ini dari kamu, tapi tak pernah punya cukup nyali untuk memberitahu kamu selain sudah tak bisa lagi menghubungi nomor kamu. Kamu tahu dari mana akhirnya semua ini" lanjut Jaka.

"Sejak pindah ke Jakarta aku mengganti nomor, Jaka. Meninggalkan semua beban kenangan agar aku bisa fokus bekerja. Kecewa karena pertemuan terakhir kita waktu itu tanpa kata-kata. Tapi ternyata banyak hal yang aku tak tahu meski kini kumengerti. Secara tak sengaja aku melihat foto yang tampaknya aku kenal di Instagram, aku buka dan ternyata itu adalah foto pernikahan kamu dengan Dyah, ada ayahku di sana dengan istrinya, dan dua orang lainnya di foto itu adalah orang tuamu yang tak pernah ku temui selain di acara Wisuda kita. Tertulis di bawah foto itu, third wedding anniversary, thankyou for being the best husband ever. Cukup menyedihkan dampak foto dan tulisan itu buat aku, serasa jadi orang paling sedih sedunia, seolah semua sudah berakhir" Cerita Kania berpanjang lebar dengan jelas menampakkan raut kesedihan mendalam meski coba ditahannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun