Mohon tunggu...
Tasya Amelia Auranisa
Tasya Amelia Auranisa Mohon Tunggu... Insinyur - be an extraordinary is a must.

S1 Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Jember NIM 191910501028

Selanjutnya

Tutup

Money

Obligasi Kian Melemah, Covid-19 Tak Kunjung Punah

19 April 2020   15:27 Diperbarui: 19 April 2020   15:29 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai selalu menjadi kekhawatiran seluruh masyarakat Indonesia. Tidak hanya berdampak terhadap eksistensi peradaban manusia namun pandemic ini juga mengguncang sistem negara. Selain sistem sosial, dampak terbesar pandemic ini juga terjadi kepada sistem ekonomi di seluruh dunia, termasuk negara kita Indonesia. Nah, kita kan sudah mengetahui saat ini nilai rupiah semakin menuruk akan nilai dollar amerika, dimana 1 US$ mencapai Rp 15.000.

Berdasarkan hal tersebut salah satu issue yang mulai dicemaskan negara Indonesia ialah tentang obligasi pemerintahan yang semakin tertekan ditengah pandemic ini. Nah, yang menjadi permasalahan apasih sebenarnya yang dimaksud dengan obligasi pemerintah? Mari kita simak ulasan berikut ini.

Obligasi merupakan surat hutang jangka menengah atau panjang yang diterbitkan oleh penerbit (perusahaan atau pemerintah) dengan member imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok hutang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut (Rahardjo, 2003).  

Dalam artian Obligasi pemerintah atau biasa juga disebut government bond adalah suatu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintahan pusat suatu negara dalam denominasi mata uang negara tersebut. Obligasi pemerintah dalam denominasi valuta asing biasa disebut dengan obligasi internasional (sovereign bond). Dalam obligasi, dituliskan jatuh tempo pembayaran utang beserta bunganya (kupon) yang menjadi kewajiban penerbit obligasi terhadap pemegang obligasi. Jangka waktu obligasi yang berlaku di Indonesia umumnya 1 hingga 10 tahun.

Adapun tujuan dari obligasi ini ialah untuk menutupi kekurangan atau perbedaan antara pendapatan pemerintah melalui pajak dengan pengeluaran, untuk Re-fund pinjaman yang ada, dan yang terpenting sebagai penambah modal bagi negara.

Nah, tetapi Efek penyebaran virus corona di Indonesia membuat obligasi dalam negeri mulai melemah.Hal ini terlihat dari indeks obligasi Indonesia Composite Bond Index (ICBI) yang menurun. Dan juga berdasarkan dengan pengumuman dari Bank Indonesia (BI) yang menyatakan bahwa cadangan devisa nasional pada akhir Maret sebesar US$ 121 miliar, turun US$ 9,4 miliar dibandingkan bulan sebelumnya.

Hal ini dikarenakan kecenderungan investor yang mulai melirik aset-aset berisiko (risk appetite) di pasar saham dan aset aman (safe haven) seperti emas serta investor cenderung membeli obligasi negara maju. Perkembangan terbaru dari wabah virus corona membuat investor ikut menahan diri membeli aset-aset fixed income. Kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara (SBN) memang turun drastis. Pada awal tahun, kepemilikan asing tercatat Rp 1.063,29 triliun dan per 30 Maret adalah Rp 930,71 triliun.

Pelemahan harga obligasi di Indonesia, yang terlihat dari kenaikan imbal hasil (yield) tidak senada dengan yang terjadi di pasar surat utang negara maju. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

Pelemahan pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) terkoreksi. Indeks tersebut turun 1,23 poin (0,47%) menjadi 260,90 dari posisi kemarin 2622,13. Pelemahan di pasar surat utang hari ini senada dengan pelemahan rupiah di pasar valas.

Kabarnya meski terus tertekan, pasar obligasi Indonesia dinilai masih punya prospek menarik, hal ini dikarenakan ICBI sempat menguat pada Jumat (27/3) dan sudah berada di level 268,19. Namun, Direktur Panin Asset Management (Panin AM) Rudiyanto mengaku kondisi pasar saat ini akan fluktuatif. Sehingga tidak ada jaminan rally penguatan ICBI akan bertahan lama jarena pandemic ini belum menunjukkan perkembangan yang mulai melambat.

Tentunya harapan terus dilambungkan agar pandemic ini secepatnya usai dan perekonomian di Indonesia dan negara lainnya segera membaik. Agar kehidupan berjalan dengan sebagaimana mestinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun