Virus korona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2Â (SARS-CoV-2) telah menjadi momok. Ibarat kata, virus korona itu seperti hantu: tak kasatmata, tapi menakutkan.Â
Korbannya tak mengenal usia dan tidak juga mengenal kasta. Tua, muda, kaya, miskin, rakyat jelata, dan pejabat negara pernah merasakan keganasannya.Â
Virus yang pertama kali ditemukan dan menyebar di wilayah Kota Wuhan Ibukota Provinsi Hubei Republik Rakyat Tiongkok ini, kini menyebar ke berbagai penjuru dunia.Â
Setidaknya 219 negara telah mengkonfirmasi terjadinya pagebluk atau wabah korona. Indonesia termasuk diantaranya.
Sampai dengan 13 Juni 2020, Penyakit akibat infeksi virus korona atau biasa disebut COVID-19Â telah menjangkiti 7.553.182 Â juta penduduk bumi. Sebanyak 423.349 diantaranya meninggal dunia. Sementara di Indonesia sejumlah 37.420 orang telah terjangkit dan menyebabkan 2.091 kematian (covid19.go.id). Â
***
Virus korona sejatinya adalah virus yang sering ditemukan menginfeksi binatang. Tahun 1960-an menjadi periode awal ditemukannya infeksi pada manusia akibat virus ini (cnnindonesia.com).Â
Hingga saat ini sudah terdapat 7 generasi virus korona yang berhasil diidentifikasi. MERS-CoV dan SARS-CoV merupakan dua generasi virus yang sebelumnya diidentifikasi menginfeksi manusia melalui binatang. MERS melalui unta dan SARS melalui musang.
Korona generasi ke-7 yang saat ini mewabah diberi nama SARS-CoV-2. Virus ini diduga menular ke manusia melalui ular dan kelelawar.Â
Penularan virus korona juga terjadi melalui droplet (partikel air liur) yang keluar ketika penderita batuk atau bersin. Tangan, gagang pintu, tombol lift, meja dan sebagainya bisa menjadi medium penularan. Oleh karenanya COVID-19 memiliki tingkat penyebaran yang cepat dan masif.Â
Mereka yang pernah bertemu dan berinteraksi langsung dengan penderita berpeluang terinfeksi. Tak heran jika berbagai pertemuan besar baik bisnis maupun keagamaan kemudian ditetapkan sebagai klaster penyebaran virus.