Mohon tunggu...
Taslim Buldani
Taslim Buldani Mohon Tunggu... Administrasi - Pustakawan di Hiswara Bunjamin Tandjung

Riang Gembira Penuh Suka Cita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dilema Milenial, Antara Tuntutan Regenerasi Petani dan Ancaman Disrupsi

20 Mei 2019   17:28 Diperbarui: 20 Mei 2019   17:51 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertanian Digital (Foto: youngster.id)

Berbagai aplikasi digital sektor pertanian kini telah hadir dan bisa dimanfaatkan petani. Ada aplikasi yang bisa memprediksi cuaca yang bisa dimanfaatkan petani untuk memprediksi masa tanam. Tersedia juga aplikasi yang dapat memantau kebutuhan air dan pupuk serta melakukan penyiraman secara otomatis.

Pesawat nir awak untuk menyemprot pupuk atau pestisida (foto: digitalistmag.com)
Pesawat nir awak untuk menyemprot pupuk atau pestisida (foto: digitalistmag.com)
Penanggulangan hama dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi drone sehingga bisa mempersingkat waktu dan dapat mencakup wilayah yang lebih luas. Ada juga aplikasi yang bisa memprediksi panen dan memasarkan hasil panen dengan memperpendek jalur distribusi. 

Efektifitas dan efisiensi yang ditawarkan pertanian digital diharapkan mampu meminimalisir risiko gagal panen dan meningkatkan hasil panen. Pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Baik pemilik lahan maupun petani penggarap atau buruh tani.

Pesatnya perkembangan teknologi pertanian digital diharapkan menjadi stimulan bagi generasi milenial untuk terjun dalam dunia pertanian. Pada gilirannya ekosistem pertanian digital mampu mendorong lahirnya petani muda bertalenta.

Disrupsi Pertanian

Penerapan teknologi digital dalam berbagai bidang industri, termasuk pertanian, memang tak dapat dihindari. Orang menyebutnya era Revolusi Industri 4.0 (RI 4.0).

Penerapan sistem pertanian digital membuat proses perencanaan, perawatan tanaman, produktifitas hasil pertanian, dan pemasaran menjadi lebih efektif dan efisien. Tapi di sisi lain kehadiran teknologi juga menimbulkan disrupsi dimana tenaga manusia menjadi tersubstitusi oleh perangkat teknologi pertanian.

Buruh pemanen padi salah satu yang akan terdisrupsi akibat RI 4.0 (foto: Mitrapost.com)
Buruh pemanen padi salah satu yang akan terdisrupsi akibat RI 4.0 (foto: Mitrapost.com)
Dalam sebuah seminar yang diadakan oleh Departemen Sosial Ekonomi Pertanian UGM yang bertemakan Peran Sumber Daya Pembangunan Pertanian Berkelanjutan pada Agustus silam, Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengungkapkan bahwa hampir setengah dari petani di dunia kehilangan pekerjaanya karena RI 4.0 (Okezone.com).

Terkikisnya profesi tengkulak akibat hadirnya aplikasi pertanian digital tentu disyukuri petani. Tapi ketika penerapan teknologi pertanian digital justru juga melindas petani, tentunya hal tersebut tak pernah mereka harapkan.

Contoh paling kasat mata adalah penggunaan teknologi nir awak untuk pemupukkan atau penyemprot hama dan penggunaan mesin pemanen padi. Penggunaan kedua alat tersebut jelas bisa menggantikan tenaga petani dalam jumlah yang tidak sedikit.

Di Indonesia, disrupsi di sektor pertanian sebagai efek RI 4.0 saat ini mungkin masih belum terasa. Banyak petani di daerah yang belum tersentuh internet dan masih menggunakan teknik pertanian tradisional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun