Mohon tunggu...
HMJ Tadris Matematika UINMLG
HMJ Tadris Matematika UINMLG Mohon Tunggu... Guru - HMJ Tadris Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

https://tadrismatematika-uinmalang.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

TM-NEC Bukan Sekadar Klise, "Senjata Pamungkas" dalam Dunia Kepenulisan

21 Juni 2019   08:55 Diperbarui: 21 Juni 2019   11:13 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi imajinasi otak dari pixabay.com
Ilustrasi imajinasi otak dari pixabay.com

Dari Modifikasi hingga Imajinasi.

Ada yang mengatakan bahwa logika hanya mengantarkanmu dari A ke B saja tapi dengan imajinasi akan mengantarkanmu kemana pun tak terhingga. Apa artinya? Penulis yang pandai akan menggunakan imajinasinya dalam menemukan sudut pandang istimewa.

Pernah saya tanyai teman saya se asrama yang kebetulan jurusan sastra. Darinya saya pertama kali mulai menyukai betapa indahnya karya sastra. "Bagaimana sih caramu membuat puisi-puisi indah kayak gitu?", dia hanya menjawab,"Anak sastra mah bebas". 

Karena saat itu saya sangat antusias ingin membuat puisi yang bagus, jawaban itu saya renungi terus-menerus. Kenapa hanya anak sastra yang bebas? Kenapa harus bebas untuk menjadi anak sastra?

Saya pikirkan dalam-dalam apa maksudnya. Setelah saya pahami dan mencoba menginterpretasi, memang dalam dunia sastra ataupun kepenulisan sangat dibutuhkan yang namanya kebebasan berpikir. Dan kebebasan berpikir itulah imajinasi. 


Memang biasanya sebelum dalam tahap imajinasi seseorang sekedar memodifikasi. Dapat kita lihat contohnya novel Dilan yang saat ini sedang ramai diperbincangkan. Novel romansa yang dibuat hingga tiga versi tersebut bahkan sempat diangkat ke layar lebar. 

Jika kita tarik pokok ceritanya itu sebenarnya sama. Tapi, kenapa sangat laku keras bahkan hingga dibuat tiga versi? Ya, karena dengan memodifikasinya, pembaca tidak akan sadar bahwa itu adalah jalan cerita yang sama.

Pada hakikatnya, semua tulisan di dunia ini sama saja. Misalnya, isi novel romansa dari dulu hingga sekarang sama saja. Misalnya siapa yang tak kenal Marah Roesli, penulis novel Sitti Nurbaya: Kasih Tak Sampai, ada juga kisah cinta paling memilukan Laila dan Majnun karya Nezami, selain itu ada beberapa novel romance saat ini yang sedang booming-boomingnya yaitu novel Garis Waktu karya Fiersa Besari, novel karangan Boy Candra berjudul Sebuah Usaha Melupakan, Garis Waktu karya Fiersa Besari, dan sekarang yang sedang marak yaitu novel dari Khilma Anis berjudul Hati Suhita, serta masih banyak lagi.

Semua itu rumusnya sama. Apa maksudnya? Secara keseluruhan, inti ceritanya pasti ada laki-laki dan perempuan, lalu datang orang ketiga ataupun perbedaan kedudukan dan adat-budaya yang membuat intrik cerita itu. 

Tapi ceritanya begitu-begitu saja. Tapi mengapa novel Hati Suhita karya Khilma Anis laku keras? Karena Khilma Anis mengambil sudut pandang yang berbeda. Novel tersebut dikemas dalam bentuk novel romansa islami dimana saat ini orang-orang sedang marak membuat cerita dengan adat budaya Barat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun